Kebaikan adalah harapan universal manusia.
Setiap orang, jauh di dalam hatinya, ingin menjadi orang baik. Mereka ingin
melakukan kebaikan, sedapat mungkin setiap saat dalam hidupnya. Dorongan untuk
menjadi baik sudah selalu tertanam di dalam diri manusia. Oleh karena itu,
sejak dini orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
Beberapa faktor mengapa orang berbuat baik diantaranya yaitu karena dorongan hatinya (conscience). Ia merasa, jika
berbuat baik, ia mengikuti panggilan hidup terdalamnya. Hati nuraninya
memanggilnya untuk terus berbuat baik saat demi saat di dalam hidupnya. Dorongan hati nurani sebagai keutamaan (virtue). Yang kedua karena faktor politik. Menurut
Immanuel Kant, filsuf Pencerahan asal Jerman, menegaskan, bahwa pemahaman
tentang baik dan buruk sudah selalu tertanam di dalam akal budi kita sebagai
manusia (Vernunft).
Hal ini yang menyebabkan beberapa orang melakukan kebaikan karena ada unsur untung
atau rugi demi pelestarian dirinya
Menjadi baik itu rasional, karena sesuai dengan
kodrat alamiah akal budi kita. Hukum moral sudah selalu tertanam di dalam
sanubari manusia, dan mewujud secara konkret di dalam kewajiban (Pflicht) hidup sehari-hari
yang dijalankan dengan setia. Lepas dari itu, banyak orang tetap tidak mampu
mencapai kebaikan, walaupun mereka menginginkannya. Harapan mereka tidak
sejalan dengan tindakan nyata mereka. Niat baik tidak dibarengi dengan kerja nyata untuk mencapai kebaikan.
Sebaliknya yang terjadi, yakni orang yang dikira baik ternyata menjadi pelaku
kejahatan. Mengapa ini terjadi? Mengapa niat baik kerap kali menjadi buah mimpi
belaka, tanpa pijakan kenyataan?
Menurut saya, ini terjadi karena tradisi,
pelestarian diri, akal budi dan hati nurani, tidak mencukupi untuk menjadi
dasar bagi kebaikan. Hal ini terjadi karena tradisi, pelestarian diri, akal
budi dan hati nurani berpijak pada kesalahan berpikir dan ketidaktahuan. Jika tradisi, pelestarian diri, akal budi dan
hati nurani tidak cukup menjadi dasar yang kokoh bagi kebaikan maka saya
berpendapat, dasar paling kokoh dari kebaikan adalah kesadaran sepenuhnya akan
jati diri sejati kita (awareness
of our true self). Artinya, kita paham, siapa kita sebenarnya,
sebelum segala identitas sosial ditempelkan pada kita.
No comments:
Post a Comment