Monday, February 24, 2014

DO'A SEMASA HAMIL



 “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah Tuhannya, seraya berkata, “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Al A’raf : 189).

Menurut Ulama, berdasarkan pada ayat ini, maka kehamilan terbagi menjadi dua, yaitu “Hamil Majazi” dan “Hamil Hakiki”. Ada-pun yang dimaksud dengan hamil majazi adalah di mana seorang wani-ta telah dinyatakan hamil, namun belum terasa berat akibat kehamilan-nya itu, atau_menurut ayat di atas_ disebut dengan hamil ringan. Adapun yang dimaksud dengan hamil hakiki adalah di mana seorang wanita yang hamil tersebut telah benar-benar nyata kehamilannya dan merasakan beratnya kehamilan tersebut_atau menurut ayat di atas_disebut dengan hamil berat.

Salah satu tradisi yang berkembang di masyarakat berkenaan dengan kehamilan adalah acara selamatan empat bulanan, namun ada juga yang mengadakannya dengan tujuh bula-nan.
Ketika usia kandungan mencapai empat atau tujuh bulan, maka diada-kanlah acara selamatan atau syukuran dengan mengundang sanak famili dan tetangga-tetangga dekat. Setelah me-reka berkumpul, biasanya acara dimulai dengan pembacaan surat Yusuf dan surat Maryam, sebagai simbol dari bentuk permohonan kepada Tu-han. Dengan membaca surat Yusuf diharapkan jika kelak anaknya lahir laki-laki, maka akan sebaik dan seganteng nabi Yusuf AS, sedangkan jika yang terlahir adalah perempuan, maka diharapkan anaknya akan secantik Siti Maryam.

Pada dasarnya ritual empat bulanan ataupun tujuh bulanan merupakan tradisi yang baik karena sarat dengan dzikir dan do’a mohon keselamatan bagi wanita yang mengandung dan janin yang dikandungnya. Hanya saja menjadi keliru ketika hal ini dianggap satu kewajiban.
Bagi yang melaksanakan empat bulan, biasanya mereka berpegang kepada hadits Nabi Saw sebagai berikut:
 “Sesungguhnya salah seorang di antara kamu dikumpulkan bentuk kejadiannya dalam bentuk nuthfah (air mani) selama 40 hari, kemudian menjadi ‘alaqah (darah yang beku) selama itu pula, lalu menjadi mudhgah (sepotong daging) selama itu juga. Kemudian diutus satu Malaikat kepadanya. Maka Malaikat itu meniupkan ruh padanya. Lalu Malaikat itu diperintah untuk menuliskan empat ketentuan yaitu, tentang rizkinya, umurnya, amalnya dan apakah termasuk ke dalam gologan orang yang celaka atau orang yang beruntung”. (HR. Bukhari Muslim).

Mengacu pada hadits ini, sementara orang mengadakan acara syukuran empat bulanan dengan harapan agar apa yang ditentukan Allah kepada si cabang bayi adalah ketentuan yang paling baik. Acara semacam ini me-rupakan satu hal yang sangat positif, di mana proses pembentukan generasi yang shaleh di mulai dari sini.
Bagi ummat Islam, proses pembentu-kan generasi yang shaleh sudah diusahakan semenjak bayi dalam kandungan. Itu sebabnya pada syuku-ran empat bulanan biasa dilantunkan ayat-ayat A Qur’an serta dzikir dan do’a-do’a yang ditujukan untuk keba-ikan dan keselamatan serta kesejahte-raan si cabang bayi dan bagi kedua orang tuanya. Salah satu contoh do’a yang biasa dibaca adalah:

 “Ya Allah, curahkanah rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami Nabi Muhammad dan kepada seluruh keluarganya. Ya Allah, jika yang ada dalam rahimnya itu seorang bayi laki-laki, maka jadikanlah ia seorang anak yang shaleh, bagus rupanya, sempurna kejadiannya, selamat se-jahtera, luas ilmunya serta menga-malkannya, taat beragama, memiliki akhlak yang baik, banyak hartanya lagi pemurah, serta senantiasa mem-peroleh pertolongan dari Engkau dalam melakukan segala kebajikan. Dan jika yang ada dalam rahimnya itu seorang bayi perempuan, maka jadikanlah ia seorang anak yang shalehah, cantik rupanya, sempurna kejadiannya, selamat sejahtera, luas ilmunya serta mengamalkannya, taat beragama, memiliki akhlak yang baik, banyak hartanya lagi pemurah, serta senantiasa memperoleh pertolo-ngan dari Engkau dalam melakukan segala kebajikan. Ya Allah, seandai-nya Engkau telah menetapkannya ke dalam golongan orang-orang yang memperoleh kebahagiaan, maka te-tapkanlah ia didalam golongan orang-orang yang memperoleh keba-hagiaan itu. Akan tetapi jika Engkau telah menetapkannya dalam golo-ngan orang yang mendapat kecelaka-an, maka hapuslah ia dari golongan orang-orang yang celaka dan tetap-kanlah ia dalam golongan orang-orang yang memperoleh kebahagia-an. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa untuk menghapus sesuatu dan menetapkannya, dan hanya di sisi Engkaulah Ummul Kitab”.

Lain halnya orang yang mengadakan prosesi tujuh bulanan. Selain mem-baca do’a di atas biasanya ditambah dengan do’a mohon keselamatan pada saat melahirkan. Hal ini_yakni syukuran tujuh bulanan_dilaksanakan bukan tanpa dasar. Perhatikan kembali firman Allah berikut:
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia me-rasa senang kepadanya. Maka sete-lah dicampurinya, isterinya itu me-ngandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah Tu-hannya, seraya berkata, “Sesungguh-nya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyu-kur”. (QS. Al A’raf : 189).

Ayat ini seakan-akan menganjurkan untuk memperbanyak berdo’a ketika seorang ibu mengandung, lebih-lebih ketika mendekati masa melahirkan.
Kesimpulannya adalah, bahwa pada saat syukuran empat bulanan kita berdo’a agar apa yang menjadi ketentuan Allah yang akan berlaku pada cabang bayi merupakan ketentuan yang terbaik. Baik dari sisi rizki, usia maupun nasibnya. Sedang-kan pada syukuran tujuh bulanan kita juga berharap agar ibunda dari anak tersebut diselamatkan dalam melahir-kan serta kelak ketika lahir seorang anak, maka anak tersebut menjadi anak yang shaleh.

Pada dasarnya syukuran empat bulan atau tujuh bulan merupakan suatu upaya dalam rangka membentuk ge-nerasi yang berkualitas yang diapre-siasikan dalam bentuk pembacaan dzikir dan do’a-do’a yang dipanjat-kan kepada Allah demi kebaikan sang anak manakala ia terlahir ke alam dunia. Tetapi sekali lagi, hal ini hanyalah satu tradisi yang baik dan positif manakala tetap dalam bingkai syari’at.
Adapun bagi kedua orang tua hen-daknya jangan hanya berdo’a pada saat syukuran saja. Bahkan ketika pertama kali menanam benih ke dalam rahim kita sudah diajarkan untuk berdo’a. Rasulullah Saw bersabda:
 “Jika salah seorang di antara kamu apabila mendatangi istrinya berdo’a: “Ya Allah jauhkanlah syaitan dariku dan jauhkanlah setan dari apa yang telah Engkau rizkikan kepadaku”, kemudian lahir seorang anak, nisca-ya anak tersebut tidak akan dicelakai oleh syaitan”. (HR. Ibnu Majah).
Islam memberikan jalan bahwa untuk mencetak generasi yang shaleh perlu diusahakan sejak dini. Mulai dari memilih calon pasangan, maupun pa-da saat pertama kali menanam benih hingga ketika istri mulai mengan-dung, seluruhnya tidak pernah lepas dari do’a dan munajat kepada Allah.

Bagi yang berpendapat lain, jangan sampai menjadi perdebatan yang hanya akan berujung pada perpecahan. Malahan, mestinya perbedaan pendapat yang kerap terjadi seharusnya diarahkan kepada usaha untuk memperdalam khazanah pengetahuan. Wallahu A’lam

Antagonis - Politik

Antagonis - Politik Faktor Penyebab Beberapa sebab utama dari krisis politik ini, yakni feodalisme, oligarki dan banalitas kejahat...