Kemiskinan
merupakan salah satu masalah terbesar dunia sekarang ini. Banyak orang hidup
dengan pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
sebagai manusia. Akibatnya, mereka terancam oleh kekurangan gizi, penyakit, dan
beragam penderitaan hidup lainnya. Kemiskinan tidak hanya merusak raga manusia,
tetapi juga mengancam jiwanya.
Ketika
manusia kekurangan gizi, karena tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
memperoleh makanan yang layak, ia terancam oleh dua hal. Pertama adalah oleh
penyakit dan berbagai bentuk kelemahan biologis manusia lainnya. Kedua adalah
dirinya sendiri, yakni insting bertahan hidup manusia yang bisa mendorongnya
untuk melakukan apapun, termasuk tindakan paling ganas dan merusak terhadap orang
lain, untuk mempertahankan hidupnya.
Kemiskinan,
dengan demikian, merusak rajutan hidup sosial kita sebagai manusia. Kemiskinan
memecah masyarakat. Ia menciptakan musuh, dan mengubah kawan menjadi lawan. Ia
menggetarkan stabilitas hidup sosial manusia. Terlebih, ia merusak harkat dan
martabat manusia dan masyarakat itu sendiri.
Akibatnya,
kemiskinan menjadi sumber bagi tindak kekerasan. Ideologi hanya digunakan untuk
membakar kebencian yang sudah ada, akibat kemiskinan dan ketidakadilan. Orang
yang hidup dalam ancaman kekurangan gizi dan penghinaan akibat kemiskinan amat
mudah untuk diperalat untuk tujuan-tujuan jahat. Kemiskinan adalah hantu dunia
sekarang ini yang perlu untuk dihadapi dan ditaklukan.
Kemiskinan
memiliki beragam bentuk. Yang paling dasar adalah kemiskinan ragawi, yakni
ketika orang, walaupun sudah bekerja keras, tetap tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sebagai manusia yang memiliki martabat. Yang lain adalah
kemiskinan cara berpikir, yakni ketika orang tidak mampu menemukan cara-cara
yang baik dan tepat, guna memperoleh sumber daya yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Keduanya jelas terkait erat dengan kultur dan cara hidup
tertentu.
Penyebab
Banyak
orang mengira, bahwa akar dari kemiskinan adalah kemalasan pribadi. Artinya,
orang miskin, karena ia malas bekerja, karena ia tidak cerdas, dan sebagainya.
Walaupun memiliki kebenaran sendiri, hemat saya, pandangan ini sesat, dan harus
segera ditanggapi secara kritis. Kemalasan dan kebodohan pribadi hanya sebagian
kecil dari akar masalah yang melahirkan kemiskinan dalam berbagai bentuknya di
berbagai belahan dunia.
Sebab
lainnya yang lebih memiliki pengaruh kuat adalah kemiskinan struktural.
Artinya, tata sosial, politik, dan ekonomi yang ada membuat orang, mau tidak
mau, hidup dalam kemiskinan. Orang bisa bekerja keras, membanting tulang, dan
menabung, namun ia tetap hidup dalam kemiskinan. Seolah, kemiskinan adalah
takdir yang tak bisa ditolak.
Di
dalam sosiologi, keadaan ini disebut sebagai stratifikasi sosial tertutup. Di
dalam masyarakat dengan stratifikasi sosial tertutup, orang yang lahir dalam
keluarga miskin akan sulit keluar dari kemiskinannya. Ia seolah tak punya
pilihan lain, selain menjalani keadaan yang sudah diberikan kepadanya.
Biasanya, keadaan ini dibarengi dengan sistem pendidikan yang kesehatan
masyarakat yang rusak, entah karena harganya begitu mahal, sehingga tak
terjangkau banyak orang, atau mutunya yang jelek.
Dua
hal ini bisa muncul, karena pemerintah yang berkuasa salah membuat kebijakan.
Kesalahan ini berakar setidaknya pada dua hal, yakni kurangnya data dan
kemampuan untuk merumuskan strategi penyejahteraan rakyat, atau tidak adanya
kehendak politik yang kuat untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Yang
pertama agak tidak mungkin di era globalisasi ini, ketika informasi dan
pengetahuan tersebar begitu luas dan amat mudah untuk diperoleh. Akar kedua
yang lebih sering tampak di negara-negara yang gagal menyejaterahkan rakyatnya.
Peran
kultur dan etnic juga besar di dalam kemiskinan. Budaya tertentu
melahirkan mentalitas yang korup, sehingga masyarakat sulit keluar dalam
kemiskinan. Dalam
kasus Indonesia, korupsi menjadi penyebab utama kemiskinan. Ketika dana
pembangunan diambil untuk membeli mobil dan rumah mewah bagi para pejabat
pemerintah, masyarakat yang menderita. Ketika dana untuk membangun sekolah dan
menggaji guru dipakai oleh para pejabat negara untuk jalan-jalan keluar negeri,
masyarakat yang menderita. Di Indonesia, korupsi bagaikan kanker ganas yang
menggerogoti segi-segi kehidupan berbangsa, dan menjadi pelestari kemiskinan.
Faktor
lainnya adalah campur tangan asing di dalam penciptaan dan pelestarian
kemiskinan. Krisis ekonomi di negara-negara besar, seperti AS dan Uni Eropa,
membawa dampak jelek bagi seluruh dunia. Embargo ekonomi dari negara-negara
besar terhadap negara tertentu juga menjadi penyebab kemiskinan. Di era
globalisasi ini, sulit bagi satu negara untuk menyejaterahkan rakyatnya, jika
ia tidak mau bekerja sama dengan negara-negara lainnya, terutama negara-negara
dengan kekuatan politik dan ekonomi yang perkasa.
Melampaui
Kemiskinan
Maka,
pandangan yang menyatakan, bahwa kemiskinan adalah akibat dari kemalasan
pribadi, adalah pandangan yang salah besar. Ini adalah pandangan yang biasa
muncul dari orang-orang yang berasal dari keluarga kaya, dan seumur hidupnya
tidak pernah berusaha memahami dunia sekitarnya. Pandangan semacam ini justru
melestarikan kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang sudah terjadi. Dengan
kata lain, pandangan semacam ini justru memiskinkan.
Mahatma
Gandhi pernah merumuskan tujuh dosa sosial. Salah satunya adalah kekayaan,
tanpa kerja keras, misalnya karena warisan, menipu, atau korupsi. Saya ingin
menambahkan setidaknya satu dosa sosial lainnya, yakni kemiskinan, walaupun
orang sudah bekerja keras. Kemiskinan struktural adalah dosa sosial yang harus
diakhiri.
Cara
paling ampuh untuk memerangi kemiskinan adalah menciptakan kesamaan kesempatan
untuk setiap orang (die gleichen Gelegenheiten). Artinya, setiap orang,
apapun ras, jenis kelamin, ataupun latar belakangnya, berhak untuk
mendapatkan pendidikan yang bermutu dan tanpa biaya, atau setidaknya amat
murah. Disini, pendidikan, seperti dinyatakan oleh Anies Baswedan, adalah
tangga sosial untuk naik ke tingkat ekonomi maupun sosial yang lebih tinggi.
Kesetaraan kesempatan bukanlah kesetaraan mutlak (absolute Gleichheit),
dimana setiap orang diperlakukan secara sama, tanpa peduli perbedaan mereka.