Setiap pendidik memiliki misi yang kuat untuk mencapai tujuan pendidikan dalam mengantarkan peserta didik menjadi insan yang kamil. Segala kemampuan dalam bentuk usaha baik materi atau imateri akan menjadi modal dalam perjuanganya.
Sekarang, mari kita bertanya pada para insan pendidikan Indonesia atau pada diri kita sendiri, apa misi kita? Apa yang akan membuat kita rela mengorbankan segala milik kita demi mencapai misi itu? Apa misi pendidikan kita? Apakah itu benar-benar misi yang deminya kita rela berkorban? Atau sekedar basa-basi slogan?
Tanpa misi yang kuat tak akan pernah terjadi MESTAKUNG. Karena tanpa misi tidak akan pernah terjadi kondisi kritis. Bila sebuah institusi memiliki banyak masalah tetapi institusi itu tidak memiliki misi, ini bukanlah kondisi kritis. Ini hanya sebuah kondisi rumit yang tidak akan mendorong MESTAKUNG (ketika sesuatu sistem berada pada kondisi kritis, segala sesuatu di dalam sistem itu akan mengatur dirinya sendiri tanpa paksaan. Di dalam pengaturan tersebut, tiap-tiap bagian sistem itu secara serentak bergerak bahu-membahu untuk keluar dari kondisi kritis, sehingga menghasilkan suatu terobosan baru yang luar biasa. Alam sekitar pun turut mendukung. Ini berlaku pada setiap makhluk hidup serta alam sekitar pada kondisi kritis.)
Ki Hajar Dewantara, 70 tahun yang lalu, telah merumuskan misi pendidikan Indonesia. Di antaranya misi itu adalah pendidikan kita untuk membebaskan, membangun rasa tanggung jawab, dan menjadi serasi. Pendidikan kita mestinya membebaskan anak didik dari berbagai keterbatasan. Dengan pendidikan, anak didik kita menjadi bebas memilih profesi yang ia minati, bebas mengejar prestasi, bebas menentukan pilihan hidup. Apakah pendidikan kita mencerminkan kebebasan ini? Tampaknya banyak anak didik kita yang merasa tidak terbebas dari berbagai kekangan. Mereka merasa terlalu terbebani dengan berbagai tugas sekolah yang tidak jelas arahnya. Mereka merasa terkungkung dengan peraturan sekolah yang tidak jelas apa maksudnya.
Bagaimana dengan para guru kita dan insan pendidikan kita? Apakah mereka memiliki kebebasan untuk memilih cara terbaik untuk mendidik putra-putrinya? Apakah mereka memiliki kebebasan untuk menentukan nilai kelulusan putra-putrinya? Ataukah mereka terpaksa mengikuti sebuah peraturan yang sebenarnya kurang tepat? Membebaskan adalah misi utama sebuah pendidikan, kapan pun, di mana pun.
Tentu saja, Ki Hajar telah memahami sejak awal, konsekuensi dari sebuah kebebasan adalah tanggung jawab. Karena kita memiliki kebebasan menentukan cara mendidik putra-putri kita maka kita harus bertanggung jawab atas hasil pendidikan itu. Jika kita tidak memiliki kebebasan itu maka kita boleh untuk tidak bertanggung jawab terhadap pedidikan. Karena putra-putri kita bebas memilih jalan hidup mereka – berkat pendidikan – maka mereka pasti bertanggung jawab penuh terhadap semua pilihannya. Ini lah misi kedua dari pendidikan.
Hidup serasi. Tragedi di jaman modern ini: banyak orang sukses ternyata tidak bahagia. Mereka merasa hampa dalam hidup. Lebih menyedihkan lagi banyak orang tidak sukses juga hidup tidak bahagia. Hidup serasi, itulah misi pendidikan dari Bapak Pendidikan kita. Pendidikan mesti mendorong putra-putri kita untuk meraih impian, sukses maksimal, dan hidup bahagia dalam keserasian. Serasi dalam sukses karir dan bahagia dalam keluarga. Serasi kemajuan pribadi dan kontribusi sosial.
Kami mengadopsi misi pendidikan Ki Hajar menjadi misi APIQ. Pertama, misi APIQ adalah membebaskan. Siswa yang belajar APIQ menjadi bebas. Ia menjadi bebas mengembangkan kreativitas mereka dalam matematika. Matematika bukan menjadi beban yang mengikat siswa. Tetapi matematika menjadi sarana untuk lebih bebas. Bebas berpikir, bebas berekspresi, dan bebas berkreasi.
Bertanggung jawab adalah misi kedua APIQ. Saya mengamati suasana ruang belajar APIQ sebelum dan sesudah terjadi proses pembelajaran. Tidak ada perbedaan mencolok antara keduanya. Padahal di tengah-tengah proses pembelajaran terjadi perubahan drastis. Sebelum pembelajaran, ruang kelas tertata rapi. Mulai pembelajaran masih rapi tetapi mulai berubah. Di tengah pembelajaran, benar-benar berubah. Ruang kelas acak-acakan. Beragam jenis permainan berserakan di mana-mana. Onde milenium, dadu milenium, kartu milenium. lembar kerja standar, dan lain-lain saling tumpang tindih. Menjelang akhir pembelajaran, para siswa dan guru merapikan kembali ruang kelas mereka. Itu adalah sedikit cara dari APIQ untuk memperkenalkan tanggung jawab kepada putra-putri kita.
Misi untuk menjadi serasi merupakan misi yang paling mendasar untuk APIQ. Sejak awal kami merintis APIQ, serasi adalah mantra mujarab kami. Serasi mengaktifkan otak kiri dan otak kanan. Serasi menumbuhkan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Serasi disiplin belajar matematika dan kreatif mengembangkan matematika.
Dengan perjuangan tak kenal menyerah dan dukungan dari berbagai pihak kami mengejar misi APIQ. Dengan semangat yang lebih besar lagi, mari kita kejar misi pendidikan kita. Misi pendidikan yang membebaskan, bertanggung jawab, dan serasi. Majulah Indonesia!
Saturday, May 7, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)
Antagonis - Politik
Antagonis - Politik Faktor Penyebab Beberapa sebab utama dari krisis politik ini, yakni feodalisme, oligarki dan banalitas kejahat...

-
Sekilas tentang Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Apa itu Pemanasan Global? Pemanasan Global adalah proses kenaikan suhu rat...
-
Rubella, umumnya dikenal sebagai campak Jerman, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella. Nama "rubella" berasal dari...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains dan tekhnologi saling bedampingan. Seiring semakin pesatnya perkembangan tekhnologi, maka diperlu...