BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains dan tekhnologi saling bedampingan. Seiring semakin pesatnya perkembangan tekhnologi, maka diperlukan suatu upaya peningkatan mutu pembelajaran Sains dengan cara memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan fase perkembangan siswa. Penalaman belajar disekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreatifitas, rasa ingin tahu, kejujuran dan disiplin.
Belajar adalah Proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama dari keseluruhan proses pendidikan. sehingga ndapat dikatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaiamana proses belajar yan dialami peserta didik di sekolah.
Dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah, keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan keseluruhan tingkah laku baik kognitif, afektif, ataupun psikomotor siswa. Salah satu tanda bahwa seorang siswa telah berhasil dalam belajarnya yaitu dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapainya. Guna mewujudkan hal tersebut diatas tentu harus ada upaya dari lembaga sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang maksimal agar tercapai hasil belajar yang optimal.
IPA merupakan ilmu pasti dan pembelajarannya memerlukan pengamatan atau observasi langsung pada objek pembelajaran. akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajarannya, guru tidak selamanya dapat membawa objek, benda atau peristiwa sebenarnya ke dalam kelas. Oleh karena itu dalam penyampaian pengetahuan kepada siswa diperlukan media sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan informasi kepada siswa.
Dalam melaksanakan fungsinya, guru sering sekali dihadapkan dengan berbagai macam masalah, untuk itu guru diharapkan dapat memberikan solusi untuk setiap masalah yang muncul agar dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang ingin dicapainya. selain guru harus menguasai materi yang akan disampaiakan, seorang guru juga harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat, dan mampu mengaplikasikannya sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif
Berdasarkan fakta yang ada, kegagalan dalam belajar rata rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru yang dapat membangkitkan Motivasi belajar siswa. Misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
Tugas Guru yang diantaranya adalah merencanakan bagaimana guru mendukung Motivasi Siswa (Nur 2001 : 3). Maka seorang Guru disamping menguasai materi juga harus memilih dan menetapkan model pembelajaran, sehingga pelaksanaan penyajian materi yang sesuai dengan kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pemikiran di atas maka rumusan penelitian tindakan kelas ini adalah Bagaimana meningkatkan pemahaman konsep Sains melalui metode bervariasi pada Siswa Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2008-2009 SD Negeri Sukra III Kabupaten Indramayu ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka, tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan pemahaman konsep Sains melalui metode bervariasi pada Siswa Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2008-2009 SD Negeri Sukra III Kabupaten Indramayu.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai sarana pembinaan kepada guru guru bidang eksakta untuk mempertimbangkan penggunaan berbagai metode.
b. Bagi guru
Sebagai sarana untuk meningkatkan hasil proses belajar mengajar bidang studi eksakta.
c. Bagi Pihak lain
Sebagai sarana untuk belajar dalam penelitian tindakan kelas dengan metode yang berbeda sehingga memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dalam penelitian tindakan kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran
Yang di maksud strategi dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Robert Gagne dengan Leslie Briggs (1970) Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki. Dalam penelitian ini yang di maksud strategi adalah suatu cara atau metode yang pakai dalam proses pembelajaran sains secara umum dan pembelalajarn dalam bidang grafitasi bumi secara khusus.
B. Pemahaman Konsep
Sedangkan yang dimaksud dengan Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Atau Konsep adalah abstrak dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan konsep sains dalam penelitian ini adalah suatu pengetahuan yang bersifat universal dan mendasar dalam bidang sains secara umum dan dalam bidang Gaya Grafitasi Bumi Secara Khusus. Kompetensi dasar yang akan menjadi landasan penelitian tindakan kelas ini adalah masalah Gaya grafitasi bumi. Namun, apakah "gravitasi" itu? Sejauh ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk memahami fenomena gravitasi.
Sejarah mengatakan, mula pertama gagasan gravitasi dipahami dan dijelaskan oleh tuan Isaac Newton dalam Philosophiae Naturalis Principia Mathematica yang sering juga disebut Principia yang muncul pertama kali tahun 1687 (walaupun sebenarnya gagasan gravitasi tersebut telah diperolehnya 22 tahun sebelumnya) yang antara lain menjelaskan hukum gravitasi universal di samping mengemukakan teori bagaimana benda bergerak dalam ruang dan waktu.
Hukum gravitasi universal menjelaskan bagaimana benda berinteraksi tarik-menarik. Gagasan hukum gravitasi universal dapat kita pahami sebagai berikut,"tiap benda dalam jagat raya ditarik ke arah semua benda lain oleh suatu gaya yang makin kuat dengan makin besarnya massa benda-benda itu, dan dengan dekatnya benda itu satu sama lain". Artinya, setiap partikel materi yang berada di dalam jagat raya ini saling tarik-menarik satu sama lain yang besarnya gaya tarik-menarik tersebut bertambah besar bila jaraknya semakin dekat dan kandungan massa dari tiap-tiap partikel materi tersebut bertambah banyak.
Meskipun pengalaman kita hidup sehari-hari tidak merasakan hal demikian, hal ini dikarenakan oleh adanya kenyataan bahwa gaya gravitasi itu teramat lemah, sehingga pengaruh yang ditimbulkannya amat kecil untuk dapat kita rasakan.
Seiring dengan usaha pemahaman atas gaya interaktif lain yang ada di jagat raya ini, konsep medan telah diperkenalkan oleh ilmuwan fisika masyhur, Michael Faraday pada akhir abad 19 yang berusaha memahami gaya interaktif partikel bermuatan elektrik yang kita kenal sekarang sebagai gaya elektromagnetik (gagasan "partikel" untuk dunia mikroskopis adalah suatu model saja). Konsep medan ini kemudian dibuat umum hingga kemudian diterapkan juga pada gagasan gravitasi tuan Newton, yang dikenal dengan konsep medan gravitasi.
Konsep medan gravitasi ini memandang setiap partikel materi sebagai pengubah ruang medan gravitasi. Medan ini beraksi pada setiap partikel materi lain yang berada di dalam medan tersebut, yang seolah-olah "mengerahkan" gaya tarikan gravitasi pada partikel materi tersebut. Medan ini memainkan peranan perantara dalam pemikiran kita mengenai gaya-gaya interaksi di antara partikel-partikel materi.
Mungkin kita jadi berpikir, bahwa bila setiap partikel materi yang berada dalam medan gravitasi telah berusaha untuk mengerahkan daya tarikan gravitasi pada setiap partikel materi lain, maka terdapat "sesuatu" yang menjadi penghubung sehingga terjadi interaksi antar partikel-partikel materi. Pengenalan konsep kuantum dan penelitian mutakhir dari partikel elementer memungkinkan pemahaman yang jauh lebih baik daripada sebelumnya mengenai mekanisme gravitasi. Hasilnya adalah, diduga ada "partikel interaktif" yang dikenal dengan nama graviton sebagai pembawa gaya gravitasi yang memungkinkan partikel-partikel materi berinteraksi. Partikel interaktif tersebut tidak memiliki massa, bersifat maya-karena belum ada kenyataan eksperimental yang menemukan partikel interaktif tersebut. Karena graviton tidak bermassa, maka sebagai akibatnya ia dapat dipertukarkan pada jarak yang jauh sekali yang meliputi seluruh volume ruang jagat raya. Sebagai ilustrasi, berapa "keliling" jagat raya ini bila dikatakan bahwa di dalamnya terdapat sekitar 100 milyar galaksi yang tiap-tiap galaksi berisi sekitar 100 milyar bintang! Jumlah ini adalah suatu pendekatan saja, boleh jadi jumlah yang sebenarnya melebihi aproksimasi di atas. Sementara itu, dari pengamatan yang dilakukan terdeteksi bahwa antar galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain mirip dengan balon karet yang kita tiup, dengan kecepatan yang semakin bertambah besar dengan bertambah jauhnya jarak antar galaksi. Menurut prediksi, bahkan hal ini akan tetap berlangsung sekitar 5 atau 10 milyar tahun lagi.
Meskipun gaya gravitasi mempunyai kekuatan yang lemah bila dibandingkan dengan gaya-gaya lain yang terdapat di jagat raya ini, ia dapat mempunyai kekuatan yang sangat besar, bila kita meninjau suatu misal, sebuah objek langit yang mengalami pemampatan materi dan telah kehilangan energi termonuklirnya yang ia pergunakan untuk melangsungkan hidup, akan mengalami pengerutan yang sangat hebat. Bintang yang ambruk tersebut akan mengerut mencapai ukuran yang sangat kecil karena efek tarikan gravitasinya yang sangat kuat. Objek semacam inilah yang sering kita kenal sebagai lubang hitam, suatu objek yang menjadi perhatian utama saat ini dikarenakan ia memiliki sifat-sifat yang diramalkan dari teori kuantum dan teori relativitas umum, yang aneh, menawan dan menakjubkan. Mungkin sulit bagi kita untuk membayangkan terdapatnya objek yang demikian sangat rapat, bila suatu misal, dalam sebuah kelereng yang berdiameter dua cm mengandung sejumlah massa 80 milyar ton! Bintang yang mempunyai massa sekian itu akan terus-menerus mengerut dalam ukuran yang semakin kecil dan semakin rapat. Tarikan gravitasinya bahkan mampu menarik cahaya yang lewat mendekatinya.
Struktur atom dan struktur inti lubang hitam tidak lagi seperti yang telah kita kenal dalam teori atom dan teori nuklir, karena tarikan gravitasi telah menarik awan elektron di sekeliling inti dan menembusnya! Sifat-sifat apakah yang terjadi dan hukum bagaimanakah yang mampu menjelaskan adanya fenomena seperti itu, hingga saat ini masih dalam perumusan para fisikawan dunia. Dan akan selalu menjadi bahan kajian yang menarik karena ia merupakan aspek penting dalam pemahaman kita terhadap alam semesta, kelahiran serta proses evolusinya secara keseluruhan dalam suatu pemahaman utuh yang menunjukkan kebesaran Allah Yang Maha Rahman dalam menciptakan jagat raya ini.
C. Metode Bervariasi
Setelah membahas panjang lebar tentang Gaya grafitasi Bumi maka, pencarian makna tentang apa yang dinamakan dengan Metode bervariasi yang akan digunakan dalam proses perbaikan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sains ini metode yang akan dibuat untuk memperbaiki proses belajar mengajar adalah Metode bervariasi. Yang di maksud dengan metode bervariasi adalah penggunaan beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam satu proses pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan gabungan beberapa metode pembelajaran antara lain yaitu 1). Direct Instruction (Pembelajaran langsung) 2). Cooperatif Learning (Pembelajaran berbasis kelompok) dan 3) Problem Base learning (Pembelajaran berbasis masalah).
Yang dimaksud dengan Direct Instruction atau Pembelajaran langsung adalah metode pembelajaran yang mengutamakan siswa mempunyai pengalaman langsung dengan mengerjakan sendiri dalam belajar. Siswa secara langsung memperhatikan demontrasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru dan secara langsung diikuti oleh siswa secara ber ulang ulang sampai pada tahapan siswa dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan guru.
Metode yang kedua adalah cooperative Learning atau pembelajaran berbasis kelompok yaitu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur di dalam kelompok yang terdiri dari dua atau lebih siswa.
Metode yang kedua adalah Metode Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah. Yaitu strategi pembelajaran yang mengutamakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah baik secara individu maupun berkelompok.
Menurut Soegito dan Nurani (2002), penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran, sehingga akan menigkatkan prestasi belajar.
Dengan kombinasi beberapa metode pembelajaran tersebut maka perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini dinamakan Metode Bervariasi. Untuk menetapkan jenis metode apa yang akan dikombinasikan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan jenis materi yang akan di sampaikan. Dalam proses perbaikan pembelajaran sains ini peneliti menetapkan tiga strategi pembelajaran yaitu Direct Instuction, Cooperatif Learning, dan Problem Based learning.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa tenaga pendidikan yang menggunakan metode variasi dalam perbaikan pembelajaran salah satunya adalah Novita (2006), dalam penelitian tindakan kelas tersebut disimpulkan bahwa Penggunaan metode variasi akan meningkatkan minat dan motivasi belajar sehingga akan meningkatkan prestasi belajar.
Berdasarkan beberapa rujukan penelitian tersebut maka, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode bervariasi untuk memperbaiki prestasi siswa SD Negeri Sukra III Kelas IV Kabupaten Indramayu Pada bidang studi IPA.
E. Kerangka Berfikir
Proses belajar yang dilakukan oleh para pendidik sebagian besar dilakukan dengan mengunakan metode ceramah, hal ini dilakukan karena guru karena merasa tidak ingin direpotkan dan memilih cara mudah dalam menyampaikan materi pelajaran, namun hal itu sangat merugikan siswa sebagai pihak yang menerima informasi atau objek yang akan menerima materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran modern strategi mempunyai posisi penting dalam menghasilkan prestasi belajar karena setiap materi yang disampaikan mempunyai karakteristik yang berbeda, suatu contoh materi pelajaran eksak sangat berbeda karakteristiknya dengan materi sosial sebab materi IPA atau eksak cenderung menekankan pada masalah psikomotorik. Jika materi yang demikian sangatlah tidak sesuai jika seorang pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional yaitu mengunakan metode ceramah karena cara tersebut tidak memberikan pemahaman yang baik terhadap siswa karena siswa cenderung diajak berfantasi saja. Berbeda jika seorang pendidikan menggunakan alat peraga atau objek benda dan langsung didemonstrasikan didepan siswa hal ini sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Atas dasar kerangka berfikir tersebut maka peneliti dalam kesempatan ini menggunakan metode bervariasi yang merupakan kombinasi beberapa metode yang sesuai dalam pembelajaran bidang studi eksak dalam proses perbaikan pembelajaran bidang studi IPA secara umum dan dalam materi Gaya Grafitasi bumi secara khusus.
BAB III
PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian
a. Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada Siswa Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2008-2009 SD Negeri Sukra III Kabupaten Indramayu sedangkan jumlah siswa sebagai subjek penelitian adalah sebanyak 19 siswa
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Dalam tahap pelaksanaan siklus I diamati oleh 2 orang pengamat sebagai mitra atau teman sejawat. Dipilihnya 2 orang pengamat ini karena sama sama melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran sehingga sudah saling memahami sebagai pengamat.
Selama pelaksanaan pengamatan dari awal percobaan sampai akhir pembelajaran diamati dan dicatat oleh pengamat dengan struktur sebagai berikut : Yaitu tahap awal, Tahap inti dan tahap akhir. Pengamat mencatat dalam lembar observasi yang telah disediakan. Dalam pembelajaran sains tentang Gaya grafitasi bumi siklus I dicatat sebagai berikut :
Kegiatan guru pada Kegiatan awal : 1) Membuka pelajaran 2) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pelajaran dengan pengetahuan siswa dengan cara tanya jawab 3) Menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini 4). Menyampaikan gambaran initi pembelajaran.
Kegiatan guru pada tahap Inti : 1) Menjelaskan dan memperagakan dengan bahan yang sudah di sediakan bagaimana proses terjadinya gravitasi bumi dengan berat bahan yang berbeda 2) Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi. 3). Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa bertanya. 4) Guru membentuk kelompok siswa dan memperagakan grafitasi bumi serta mengerjakan lembar kerja yang sudah disediakan guru. 5). Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi. 6). Menyimpulkan Materi Pelajaran
Kegiatan Guru pada tahap Akhir : 1) Mengevaluasi kemampuan Siswa. 2). Membahas hasil Formatif 3). Menugasi siswa untuk mencari bukti yang lain untuk lebih memahami tentang Gaya grafitasi bumi.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode bervariasi pada Siklus I dilaksanakan dengan Langkah Langkah Pembelajaran sebagai berikut :
Tahap Fokus Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal Memotivasi Siswa dan Apersepsi 1. Membuka pelajaran
2. Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pelajaran dengan pengetahuan siswa dengan cara tanya jawab
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini
4. Menyampaikan gambaran inti pembelajaran. 3. Menjawab salam pembukaan dari guru.
4. Menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pengetahuan awal
5. .Memperhatikan penjelasan guru
6. .Memperhatikan Penjelasan Guru
Kegiatan Inti Meningkatkan kemampuan siswa tentang pemahaman Sains “ Gaya Grafitasi Bumi” 1. Menjelaskan dan memperagakan dengan bahan yang sudah di sediakan bagaimana proses terjadinya gravitasi bumi dengan berat bahan yang berbeda
2. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa bertanya.
4. Guru membentuk kelompok siswa dan memperagakan grafitasi bumi serta mengerjakan lembar kerja yang sudah disediakan guru.
5. Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi.
6. Menyimpulkan Materi Pelajaran 1. Siswa mendengarkan secara serius apa yang di jelaskan dan di peragakan gurumya.
2. Siswa melakukan diskusi dengan teman sebangku tentang grafitasi
3. Siswa bertanya kepada guru tentang pelajaran yang belum di mengerti dan siswa lain berusaha menjawab dengan fasilitator guru.
4. Siswa berkelompok mengerjakan lembar kerja siswa yang sudah disediakan
5. Secara berkelompok siswa menyampaikan hasil diskusi dan di tanggapi oleh kelompok lain.
6. Siswa memperhatikan hasil kesimpulan yang di bacakan oleh guru.
Kegiatan akhir Memantapkan pemahaman siswa tentang Gaya Grafitasi Bumi 1. Mengevaluasi kemampuan Siswa.
2. Membahas hasil Formatif
3. Menugasi siswa untuk mencari bukti yang lain untuk lebih memahami tentang Gaya grafitasi bumi. 1. Siswa mengerjakan tes formatif yang di buat oleh guru dengan sebaik baiknya.
2. Menilai sendiri hasil test dengan koreksi silang serta pembahasannya di bimbing oleh guru.
3. Siswa mencari bahan bahan yang berbeda untuk mengadakan uji coba tentang Gaya grafitasi bumi.
c. Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus pembelajaran I dapat diketahui bahwa pada tahap awal setelah guru membuka pelajaran dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa tentang Gaya grafitasi bumi dengan memberikan peranyaan Apakah grafitasi itu ? Apa bukti adanya grafitasi ? kalau tidak ada grafitasi bumi apa yang terjadi ? dari hasil pengamatan di keahui bahwa siswa kurang antusias untuk menjawab pertanyaan itu, hal itu bisa di sebabkan karena siswa belum memmpunyai pengetahuan awal sama sekali tentang gaya grafitasi bumi hanya 3 siswa yang mencoba menjawab walaupun masih dalam kategori salah. Kegiatan selanjutnya yang dilakukukan oleh guru adalah guru menyampaikan gambaran inti dari pembelajaran dari kegiatan ini siswa sedikit ada perubahan sikap agak memperhatikan secara serius. Tetapi guru lupa untuk menjelaskan tujuan pembelajaran. Dari analisis pengamat tahapan ini guru menggunakan metode Problem Based learning yaitu guru memberikan masalah dengan memberikan pertanyaan.
Pada tahap inti Guru mempersiapkan bahan bahan percobaan yang telah disiapkan yaitu Kertas buram, Bola, Kapur tulis setengah batang, Kapur tulis satu batang utuh. Kemudian guru memulai percobaan dengan jalan menjatuhkan satu persatu bahan yang sudah disiapkan tadi sambil menjelaskan perbedaan kecepatan jatuh bahan tersebut sampai ke dasar lantai. Dari catatan pengamat pada tahapan ini semua siswa mulai tertarik dan sangat antusias memperhatikan percobaan tersebut. Setelah guru melaksanakan percobaan tersebut langkah selanjutnya adalah guru membentuk kelompok diskusi dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya gaya grafitasi bumi dengan jalan menjawab lembar kerja yang sudah disediakan oleh guru. Namun masih banyak siswa yang belum berdiskusi dengan teman sebangkunya. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menyamakan persepsi dengan jalan mempresentasikan hasil diskusi dengan teman sebangku namun dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok yan sudah terbentuk tidak dapat mempresentasikan hasil diskusinya, dan bahkan ketika guru mempersilahkan hasil presentasi dari kelompok yang sudah bisa mempresentasikan tidak ada satupun kelompok yang berani menanggapinya. Dengan keterbatasan waktu yang ada maka uru mencoba menyimpulkan hasil pembelajaran tentang gaya grafitasi bumi dan siswa memperhatikan dengan seksama.
Pada tahap akhir guru mengevaluasi hasil pembelajaran dengan cara memberikan tes formatif secara individu. Dari hasil pembahasan hasil tes dengan koreksi silang diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak bisa menjawab tes formatif. Sebagai bahan untuk lebih dapat memahami tentang grafitasi bumi maka, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bahan percobaan yang berbeda jenisnya dan mengukur berat bahan tersebut.
d. Refleksi (Analisis dan Interpretasi)
Pada tahap awal ada dua fase yang gagal yaitu fase tanya jawab tentang gaya grafitasi bumi. Untuk mengatasi hal tersebut hendaknya sebelum proses belajar mengajar tentang gaya grafitasi bumi guru memberikan penjelasan tentang materi apa yang akan di pelajari pada pembelajaran sebelumnya dan guru meminta siswa untuk membacanya lebih buku tentang gaya grafitasi di rumah sehingga siswa mempunyai pengetahuan awal yang cukup. Fase selanjutnya yang gagal adalah guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut maka guru hendaknya lebih teliti dan tenang waktu menyampaikan proses pembelajaran sehingga guru dapat menyampaian dulu tujuan pembelajaran dan siswa merasa termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Pada tahap Inti hanya satu fase yang berhasil tetapi pada fase yang lain gagal. Fase itu antara lain Siswa tidak dapat berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi. Hal ini disebabkan karena budaya diskusi di kelas tersebut kurang terbiasa sehingga siswa merasa cangung dan kaku. Untuk mengatasi hal itu maka hendaknya guru terus memberikan motivasi dan forum khusus bagi siswa untuk latihan diskusi hal ini sebaiknya tidak hanya pada waktu pembelajaran ipa saja tetapi juga dibidang studi yang lain. Fase selanjtnya yang gagal adalah Fase bertanya dan menjawab. Hal ini bisa diselesaikan dengan cara melatih siswa unutk bertanya secara bertahap secara individu dengan cara memberikan waktu khusus bagi siswa unutuk menuliskan pertanyaan yang akan di tanyakan kepada guru di buku atau lembaran kertas. Kemudian guru meminta siswa untuk membacakan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru. Kemudian guru juga memberikan waktu dan kesempatan pada siswa lain untuk menjawab dengan jalan menunjuk siswa yang dikehendaki untuk menjawab pertanyaan dari temannya tersebut. Hal ini harus dilatih secara berulang ulang. Fase selanjutnya yaitu Kemampuan mengerjakan tugas berkelompok serta membentuk kelompok dengan strukturnya. Dari hasil pengamatan guru hanya sekedar membagi kelompok sesuai dengan bangkunya masing masnig siswa tetapi tidak dibagi struktur kelompok tersebut sehingga tidak ada siswa yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu maka guru harus menunjuk siswa yang bertanggung jawab dalam kelompok itu. Fase ini sangat berkaitan dengan fase sebelumnya yaitu pertanggung jawaban untuk menyampaikan hasil diskusi, karena fase sebelumnya belum terbentuk kelompok yang baik maka proses penyampaian hasil diskusi tidak bisa berjalan dengan baik karena masing masing siswa merasa tidak bertanggung jawab terhadap kelompoknya sehingga saling lempar. Fase selanjutnya adalah menyimpulkan Materi Pelajaran kegagalan fase ini adalah terbentur masalah waktu sehingga proses penyampaian kesimpulan terkesan asal asalan dan tidak mengena.
Pada tahap akhir ada dua fase yang gagal yaitu test formatif siswa. Dari hasil test dapat diketahui bahwa keberhasilan siswa hanya 37 persen sedangkan 64 persen siswa mempunyai nilai dibawah standart. Fase yang termasuk kategori gagal adalah pembahasan hasil test formatif secara silang oleh siswa sendiri, kegagalan ini di sebabkan waktu yang tidak cukup yang kedua adalah proses pembagian lembar jawaban kepada siswa lain memerlukan cukup waktu karena siswa cenderung ingin mengoreksi jawaban teman akrabnya sendiri sehingga saling berebut.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I pembelajaran SAINS tentang Gaya grafitasi bumi maka, dilakukan perbaikan tindakan sebagai berikut :
Kegiatan guru pada Kegiatan awal : 1) Membuka pelajaran 2) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pelajaran dengan pengetahuan siswa dengan cara tanya jawab 3) Menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini 4). Menyampaikan gambaran inti pembelajaran.
Kegiatan guru pada tahap Inti : 1) Menjelaskan dan memperagakan dengan bahan yang sudah di sediakan bagaimana proses terjadinya gravitasi bumi dengan berat bahan yang berbeda 2) Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi. 3). Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa bertanya. 4) Guru membentuk kelompok siswa dan memperagakan grafitasi bumi serta mengerjakan lembar kerja yang sudah disediakan guru. 5). Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi. 6). Menyimpulkan Materi Pelajaran
Kegiatan Guru pada tahap Akhir : 1) Mengevaluasi kemampuan Siswa. 2). Membahas hasil Formatif 3). Menugasi siswa untuk mencari bukti yang lain untuk lebih memahami tentang Gaya grafitasi bumi.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode bervariasi dilaksanakan dengan Langkah Langkah Pembelajaran sebagai berikut :
Tahap Fokus Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal Memotivasi Siswa dan Apersepsi 1. Membuka pelajaran
2. Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pelajaran dengan pengetahuan siswa dengan cara tanya jawab
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini
4. Menyampaikan gambaran inti pembelajaran. 1. Menjawab salam pembukaan dari guru.
2. Menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pengetahuan awal
3. Memperhatikan penjelasan guru
4. Memperhatikan Penjelasan Guru
Kegiatan Inti Meningkatkan kemampuan siswa tentang pemahaman Sains “ Gaya Grafitasi Bumi” 1. Menjelaskan dan memperagakan dengan bahan yang sudah di sediakan bagaimana proses terjadinya gravitasi bumi dengan berat bahan yang berbeda
2. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa bertanya.
4. Guru membentuk kelompok siswa dan memperagakan grafitasi bumi serta mengerjakan lembar kerja yang sudah disediakan guru.
5. Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi.
6. Menyimpulkan Materi Pelajaran 1. Siswa mendengarkan secara serius apa yang di jelaskan dan di peragakan gurumya.
2. Siswa melakukan diskusi dengan teman sebangku tentang grafitasi
3. Siswa bertanya kepada guru tentang pelajaran yang belum di mengerti dan siswa lain berusaha menjawab dengan fasilitator guru.
4. Siswa berkelompok mengerjakan lembar kerja siswa yang sudah disediakan
5. Secara berkelompok siswa menyampaikan hasil diskusi dan di tanggapi oleh kelompok lain.
6. Siswa memperhatikan hasil kesimpulan yang di bacakan oleh guru.
Kegiatan akhir Memantapkan pemahaman siswa tentang Gaya Grafitasi Bumi 1. Mengevaluasi kemampuan Siswa.
2. Membahas hasil Formatif
3. Menugasi siswa untuk mencari bukti yang lain untuk lebih memahami tentang Gaya grafitasi bumi. 1. Siswa mengerjakan tes formatif yang di buat oleh guru dengan sebaik baiknya.
2. Menilai sendiri hasil test dengan koreksi silang serta pembahasannya di bimbing oleh guru.
3. Siswa mencari bahan bahan yang berbeda untuk mengadakan uji coba tentang Gaya grafitasi bumi.
c. Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus pembelajaran II maka, didapatkan data sebagai berikut yaitu :
Pada tahap awal setelah guru membuka pelajaran dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa tentang Gaya grafitasi bumi dengan memberikan peranyaan Apakah grafitasi itu ? Apa bukti adanya grafitasi ? kalau tidak ada grafitasi bumi apa yang terjadi ? dari hasil pengamatan di keahui bahwa siswa kurang antusias untuk menjawab pertanyaan itu, hal itu bisa di sebabkan karena siswa belum memmpunyai pengetahuan awal sama sekali tentang gaya grafitasi bumi hanya 3 siswa yang mencoba menjawab walaupun masih dalam kategori salah. Kegiatan selanjutnya yang dilakukukan oleh guru adalah guru menyampaikan gambaran inti dari pembelajaran dari kegiatan ini siswa sedikit ada perubahan sikap agak memperhatikan secara serius. Tetapi guru lupa untuk menjelaskan tujuan pembelajaran. Dari analisis pengamat tahapan ini guru menggunakan metode Problem Based learning yaitu guru memberikan masalah dengan memberikan pertanyaan.
Pada tahap inti Guru mempersiapkan bahan bahan percobaan yang telah disiapkan yaitu Kertas buram, Bola, Kapur tulis setengah batang, Kapur tulis satu batang utuh. Kemudian guru memulai percobaan dengan jalan menjatuhkan satu persatu bahan yang sudah disiapkan tadi sambil menjelaskan perbedaan kecepatan jatuh bahan tersebut sampai ke dasar lantai. Dari catatan pengamat pada tahapan ini semua siswa mulai tertarik dan sangat antusias memperhatikan percobaan tersebut. Setelah guru melaksanakan percobaan tersebut langkah selanjutnya adalah guru membentuk kelompok diskusi dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya gaya grafitasi bumi dengan jalan menjawab lembar kerja yang sudah disediakan oleh guru. Namun masih banyak siswa yang belum berdiskusi dengan teman sebangkunya. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menyamakan persepsi dengan jalan mempresentasikan hasil diskusi dengan teman sebangku namun dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok yan sudah terbentuk tidak dapat mempresentasikan hasil diskusinya, dan bahkan ketika guru mempersilahkan hasil presentasi dari kelompok yang sudah bisa mempresentasikan tidak ada satupun kelompok yang berani menanggapinya. Dengan keterbatasan waktu yang ada maka uru mencoba menyimpulkan hasil pembelajaran tentang gaya grafitasi bumi dan siswa memperhatikan dengan seksama.
Pada tahap akhir guru mengevaluasi hasil pembelajaran dengan cara memberikan tes formatif secara individu. Dari hasil pembahasan hasil tes dengan koreksi silang diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak bisa menjawab tes formatif. Sebagai bahan untuk lebih dapat memahami tentang grafitasi bumi maka, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bahan percobaan yang berbeda jenisnya dan mengukur berat bahan tersebut.
d. Refleksi (Analisis dan Interpretasi)
Dari data hasil pengamatan pada siklus II maka, data dapat dianalisis sebagai berikut yaitu
Pada tahap awal semua fase dapat berhasil dengan baik. Pada tahap Inti ada tiga fase yang berhasil yaitu siswa belum mampu bekeja secara berkelompok pada waktu mengerjakan LKS yang disediakan guru pada siklus II hal ini disebabkan siswa masih takut dan sifat rasa rendah diri dari anggota kelompok sehingga proses penyelesaian tugas kurang berhasil hal ini bisa diatas dengan memberikan penjelasan kepada siswa bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengerjakan tugas sehingga mereka tidak takut dan merasa rendah diri dihadapan temannya. Fase lain yang belum berhasil adalah penyampaian presentasi hasil diskusi hal ini disebabkan karena pada waktu memilih ketua kelompok guru belum mempertimbangkan kemampuan ketua kelompok tersebut sehingga ketua kelompok yang dipilih belum bisa mewakili kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi hal ini bisa diatasi denan memilih ketua kelompok yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lain. fase yang masih kurang berhasil adalah penyimpulan materi karena siswa kurang konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan guru karena masih terkena imbas pada fase sebelumnya yaitu presentasi yang gagal oleh ketua kelompok. Hal ini bisa di lakukan perbaikan dengan memperbaiki pada fase sebelumnya.
Pada tahap akhir ada satu fase yang gagal yaitu test formatif siswa. Dari hasil test dapat diketahui bahwa keberhasilan siswa sudah mencapai 53 persen sedangkan 47 persen siswa mempunyai nilai dibawah standart. Fase yang termasuk kategori gagal adalah pembahasan hasil test formatif secara silang oleh siswa sendiri, kegagalan ini di sebabkan waktu yang tidak cukup yang kedua adalah proses pembagian lembar jawaban kepada siswa lain memerlukan cukup waktu karena siswa cenderung ingin mengoreksi jawaban teman akrabnya sendiri sehingga saling berebut hal ini diperbaiki dengan memberikan penjelasan bahwa dalam pengkoreksian unsur netralitas harus diutamakan tidak memandang teman akrab atau tidak.
3. Siklus 3
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II pembelajaran IPA tentang Gaya grafitasi bumi maka, dilakukan perbaikan tindakan sebagai berikut :
Kegiatan guru pada Kegiatan awal : 1) Membuka pelajaran 2) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pelajaran dengan pengetahuan siswa dengan cara tanya jawab 3) Menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini 4). Menyampaikan gambaran initi pembelajaran.
Kegiatan guru pada tahap Inti : 1) Menjelaskan dan memperagakan dengan bahan yang sudah di sediakan bagaimana proses terjadinya gravitasi bumi dengan berat bahan yang berbeda 2) Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi. 3). Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa bertanya. 4) Guru membentuk kelompok siswa dan memperagakan grafitasi bumi serta mengerjakan lembar kerja yang sudah disediakan guru. 5). Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi. 6). Menyimpulkan Materi Pelajaran
Kegiatan Guru pada tahap Akhir : 1) Mengevaluasi kemampuan Siswa. 2). Membahas hasil Formattif 3). Menugasi siswa untuk mencari bukti yang lain untuk lebih memahami tentang Gaya grafitasi bumi.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode bervariasi dilaksanakan dengan Langkah Langkah Pembelajaran sebagai berikut :
Tahap Fokus Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal Memotivasi Siswa dan Apersepsi 1. Membuka pelajaran
2. Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan serta mengaitkan topik pelajaran dengan pengetahuan siswa dengan cara tanya jawab
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini
4. Menyampaikan gambaran inti pembelajaran. 1. Menjawab salam pembukaan dari guru.
2. Menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pengetahuan awal
3. Memperhatikan penjelasan guru
4. Memperhatikan Penjelasan Guru
Kegiatan Inti Meningkatkan kemampuan siswa tentang pemahaman Sains “ Gaya Grafitasi Bumi” 1. Menjelaskan dan memperagakan dengan bahan yang sudah di sediakan bagaimana proses terjadinya gravitasi bumi dengan berat bahan yang berbeda
2. Meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya grafitasi.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa bertanya.
4. Guru membentuk kelompok siswa dan memperagakan grafitasi bumi serta mengerjakan lembar kerja yang sudah disediakan guru.
5. Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi.
6. Menyimpulkan Materi Pelajaran 1. Siswa mendengarkan secara serius apa yang di jelaskan dan di peragakan gurumya.
2. Siswa melakukan diskusi dengan teman sebangku tentang grafitasi
3. Siswa bertanya kepada guru tentang pelajaran yang belum di mengerti dan siswa lain berusaha menjawab dengan fasilitator guru.
4. Siswa berkelompok mengerjakan lembar kerja siswa yang sudah disediakan
5. Secara berkelompok siswa menyampaikan hasil diskusi dan di tanggapi oleh kelompok lain.
6. Siswa memperhatikan hasil kesimpulan yang di bacakan oleh guru.
Kegiatan akhir Memantapkan pemahaman siswa tentang Gaya Grafitasi Bumi 1. Mengevaluasi kemampuan Siswa.
2. Membahas hasil Formatif
3. Menugasi siswa untuk mencari bukti yang lain untuk lebih memahami tentang Gaya grafitasi bumi. 1. Siswa mengerjakan tes formatif yang di buat oleh guru dengan sebaik baiknya.
2. Menilai sendiri hasil test dengan koreksi silang serta pembahasannya di bimbing oleh guru.
3. Siswa mencari bahan bahan yang berbeda untuk mengadakan uji coba tentang Gaya grafitasi bumi.
c. Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus pembelajaran III dapat di ketahui pada tahap awal setelah guru membuka pelajaran dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa tentang Gaya grafitasi bumi dengan memberikan Pada tahap inti hanya satu fase yang belum berhasil yaitu Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa berdiskusi dan berdebat hal ini bisa diatasi dengan jalan melatih siswa untuk selalu berdiskusi dan melatih bertukar pendapat jika ada ketidaksamaan pemikiran.
Pada tahap akhir dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 3 aspek yang menjadi pengamatan haya satu fase yang belum berhasil yaitu pembahas hasil test Formatif hal ini disebabkan karena masalah alokasi waktu karena pembahasan hasil test memang memerlukan waktu khusus yang lebih panjang. pertanyaan Apakah grafitasi itu ? Apa bukti adanya grafitasi ? kalau tidak ada grafitasi bumi apa yang terjadi ? dari hasil pengamatan di keahui bahwa siswa kurang antusias untuk menjawab pertanyaan itu, hal itu bisa di sebabkan karena siswa belum mempunyai pengetahuan awal sama sekali tentang gaya grafitasi bumi hanya 3 siswa yang mencoba menjawab walaupun masih dalam kategori salah. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah menyampaikan gambaran inti dari pembelajaran dari kegiatan ini siswa sedikit ada perubahan sikap agak memperhatikan secara serius. Tetapi guru lupa untuk menjelaskan tujuan pembelajaran. Dari analisis pengamat tahapan ini guru menggunakan metode Problem Based learning yaitu guru memberikan masalah dengan memberikan pertanyaan.
Pada tahap inti Guru mempersiapkan bahan bahan percobaan yang telah disiapkan yaitu Kertas buram, Bola, Kapur tulis setengah batang, Kapur tulis satu batang utuh. Kemudian guru memulai percobaan dengan jalan menjatuhkan satu persatu bahan yang sudah disiapkan tadi sambil menjelaskan perbedaan kecepatan jatuh bahan tersebut sampai ke dasar lantai. Dari catatan pengamat pada tahapan ini semua siswa mulai tertarik dan sangat antusias memperhatikan percobaan tersebut. Setelah guru melaksanakan percobaan tersebut langkah selanjutnya adalah guru membentuk kelompok diskusi dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang bukti adanya gaya grafitasi bumi dengan jalan menjawab lembar kerja yang sudah disediakan oleh guru. Namun masih banyak siswa yang belum berdiskusi dengan teman sebangkunya. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menyamakan persepsi dengan jalan mempresentasikan hasil diskusi dengan teman sebangku namun dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok yan sudah terbentuk tidak dapat mempresentasikan hasil diskusinya, dan bahkan ketika guru mempersilahkan hasil presentasi dari kelompok yang sudah bisa mempresentasikan tidak ada satupun kelompok yang berani menanggapinya. Dengan keterbatasan waktu yang ada maka uru mencoba menyimpulkan hasil pembelajaran tentang gaya grafitasi bumi dan siswa memperhatikan dengan seksama.
Pada tahap akhir guru mengevaluasi hasil pembelajaran dengan cara memberikan tes formatif secara individu. Dari hasil pembahasan hasil tes dengan koreksi silang diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak bisa menjawab tes formatif. Sebagai bahan untuk lebih dapat memahami tentang grafitasi bumi maka, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bahan percobaan yang berbeda jenisnya dan mengukur berat bahan tersebut.
d. Refleksi (Analisis dan Interpretasi)
Pada siklus yang ketiga ini relatif proses perbaikan sudah mengalami kemajuan dan lancar hal ini disebabkan baik guru sebagai peneliti dan siswa sebagai objek penelitian sudah agak terbiasa dengan kondisi dan alur pembelajaran. Sehingga pada tahap awal pada siklus yang ketiga ini relatif tidak ada masalah.
Pada tahap inti hanya satu fase yang belum berhasil yaitu Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa berdiskusi dan berdebat hal ini bisa diatasi dengan jalan melatih siswa untuk selalu berdiskusi dan melatih bertukar pendapat jika ada ketidaksamaan pemikiran.
Pada tahap akhir dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 3 aspek yang menjadi pengamatan haya satu fase yang belum berhasil yaitu pembahas hasil test Formatif hal ini disebabkan karena masalah alokasi waktu karena pembahasan hasil test memang memerlukan waktu khusus yang lebih panjang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Dari hasil pengamatan yang sudah lakukan oleh teman sejawat dari tahapan awal sampai tahapan akhir tentang keterlibatan guru dan siswa pada siklus I dalam pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa dari 13 aspek keterlibatan siswa serta proporsi ketercapaiannya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada tahap awal ada dua fase yang tidak berhasil yaitu kegiatan tanya jawab tentang gaya grafitasi, Guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan hari ini Sehingga siswa tidak tahu apa yang harus dia capai.
Pada tahap inti hanya satu fase yang berhasil yaitu Siswa mendengarkan secara serius apa yang di jelaskan dan di peragakan gurunya. Sementara pada fase yang lain tidak berhasil.
Pada tahap akhir dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 3 aspek yang menjadi penamatan haya satu fase yang berhasil yaitu antusias siswa untuk mencari bahan atau benda kerja lain sebagai percobaan.
Dari seluruh proses pembelajaran dapat dikalkulasi bahwa pada tahap awal hanya dua fase, tahap inti satu fase dan tahap akhir satu fase. Dengan demikian dari 13 fase pembelajaran yang ini dicapai hanya 4 fase yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran jika dihitung hanya 36 persen keberhasilan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Adapun kemampuan siswa dalam pemahaman Gaya grafitasi bumi pada siklus I dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 4.1
Hasil Tes Formatif Siklus I
No Siswa Nilai Siklus I Kemampuan Nilai tertinggi/Terendah
1 A 5 -
2 B 6 +
3 C 9 + Tertinggi
4 D 5 -
5 E 8 +
6 F 5 -
7 G 9 + Tertinggi
8 H 6 -
9 I 7 +
10 J 5 -
11 K 9 + Tertinggi
12 L 6 +
13 M 4 - Terendah
14 N 8 +
15 O 7 +
16 P 6 +
17 Q 5 -
18 R 5 -
19 S 6 -
Jumlah 121
Rata-rata 6,3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata rata siswa adalah 6,3 dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Dari 19 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 7 adalah 12 siswa atau 63 persen dan siswa yang mendapatkan nilai 7 ke atas adalah 7 siswa atau 37 persen.
2. Siklus II
Dari hasil data observasi yang sudah lakukan oleh teman sejawat dari tahapan awal sampai tahapan akhir tentang keterlibatan guru dan siswa Pada Siklus II dalam pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa dari 13 aspek keterlibatan siswa serta proporsi ketercapaiannya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada tahap awal semua fase yang berhasil yaitu pembukaan pelajaran, kegiatan tanya jawab tentang gaya grafitasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan langkah langkah serta gambaran inti dari pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan siswa dapat terlibat langsung sesuai dengan harapan.
Pada tahap inti ada 3 fase yang belum berhasil yaitu berhasil yaitu siswa belum mampu bekeja secara berkelompok pada waktu mengerjakan LKS yang di sediakan guru pada siklus II hal ini disebabkan siswa masih takut dan sifat rasa rendah diri dari angota kelompok sehingga proses penyelesaian tugas kurang berhasil hal ini bisa diatas dengan memberikan penjelasan kepada siswa bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengerjakan tugas sehingga mereka tidak takut dan merasa rendah diri dihadapan temannya. Fase lain yang belum berhasil adalah penyampaian presentasi hasil diskusi hal ini di sebabkan karena pada waktu memilih ketua kelompok guru belum mempertimbangkan kemampuan ketua kelompok tersebut sehingga ketua kelompok yang dipilih belum bisa mewakili kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi. Sedangkan kegagalan pada fase penyimpulan materi ada pada siswa yaitu siswa kurang konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan guru karena masih terkena imbas pada fase sebelumnya yaitu presentasi yang gagal oleh ketua kelompok.
Pada tahap akhir dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 3 aspek yang menjadi pengamatan ada satu fase yang belum berhasil yaitu pembahasan hasil test formatif karena keterbatasn waktu.
Dari seluruh proses pembelajaran dapat dikalkulasi bahwa pada tahap awal semua fase dapat berjalan dengan baik, tahap inti ada tiga fase yang belum berhasil dan tahap akhir satu fase. Dengan demikian dari 13 fase pembelajaran yang ini dicapai hanya 4 fase yang belum menunjukkan keberhasilan pembelajaran jika dihitung hanya 30,8 persen kegagalan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Adapun kemampuan siswa dalam pemahaman Gaya grafitasi bumi pada siklus I dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 4.2
Hasil Tes Formatif Siklus II
No Siswa Nilai Siklus II Kemampuan Nilai tertinggi/Terendah
1 A 6 -
2 B 6 +
3 C 9 + Tertinggi
4 D 7 -
5 E 8 +
6 F 7 -
7 G 9 + Tertinggi
8 H 6 -
9 I 7 +
10 J 5 -
11 K 9 + Tertinggi
12 L 7 +
13 M 4 - Terendah
14 N 8 +
15 O 7 +
16 P 6 +
17 Q 5 -
18 R 5 -
19 S 6 -
Jumlah 127
Rata-rata 6,7
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata rata siswa adalah 6,7 dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Dari 19 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 7 adalah 9 siswa atau 47 persen dan siswa yang mendapatkan nilai 7 ke atas adalah 10 siswa atau 53 persen.
3. Siklus III
Dari hasil pengamatan yang sudah lakukan oleh teman sejawat dari tahapan awal sampai tahapan akhir tentang keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran pada siklus III dapat diketahui bahwa dari 13 aspek keterlibatan siswa serta proporsi ketercapaiannya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada tahap awal semua fase yang berhasil yaitu pembukaan pelajaran, kegiatan tanya jawab tentang gaya grafitasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan langkah langkah serta gambaran inti dari pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan siswa dapat terlibat langsung sesuai dengan harapan.
Pada tahap inti hanya satu fase yang belum berhasil yaitu Membimbing siswa untuk menyamakan persepsi hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa berdiskusi dan berdebat hal ini bisa diatasi dengan jalan melatih siswa untuk selalu berdiskusi dan melatih bertukar pendapat jika ada ketidaksamaan pemikiran.
Pada tahap akhir dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 3 aspek yang menjadi pengamatan hanya satu fase yang belum berhasil yaitu pembahas hasil test Formatif hal ini disebabkan karena masalah alokasi waktu karena pembahasan hasil test memang memerlukan waktu khusus yang lebih panjang.
Dari seluruh proses pembelajaran dapat dikalkulasi bahwa dari tahap awal, tahap inti dan tahap akhir hanya ada dua fase yang belum sesuai yang di harapakan Dengan demikian dari 13 fase pembelajaran yang ini ada dua fase saja yang gagal jika dihitung hanya 15,3 persen keagalan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Adapun kemampuan siswa dalam pemahaman Gaya grafitasi bumi pada siklus III dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 4.3
Hasil Tes Formatif Siklus III
No Nama Siswa Nilai Siklus III Kemampuan Nilai tertinggi/Terendah
1 A 7 +
2 B 6 +
3 C 9 + Tertinggi
4 D 7 +
5 E 8 +
6 F 7 +
7 G 9 + Tertinggi
8 H 7 -
9 I 7 +
10 J 7 -
11 K 9 + Tertinggi
12 L 7 +
13 M 4 - Terendah
14 N 8 +
15 O 7 +
16 P 6 +
17 Q 5 -
18 R 7 +
19 S 6 -
Jumlah 133
Rata-rata 7,00
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata rata siswa adalah 7,00 dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Dari 19 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 7 adalah 5 siswa atau 26 persen dan siswa yang mendapatkan nilai 7 ke atas adalah 12 siswa atau 74 persen.
B. Pembahasan
1. Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat bahwa nilai rata rata siswa adalah 6,3 dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Dari 19 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 7 adalah 12 siswa atau 63 persen dan siswa yang mendapatkan nilai 7 ke atas adalah 7 siswa atau 37 persen.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai rata perbaikan pembelajaran belum memuaskan yaitu 6,3 walaupun ada yang mendapatkan nilai 9 dalam kelas tesebut namun secara keseluruhan nilainya belum memuaskan. Hal ini karena disebabkan proses perbaikan pembelajaran atau tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih ada beberapa langkah yang tidak bisa dikerjakan oleh guru.
Dari seluruh proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dikalkulasi bahwa pada tahap awal hanya dua fase, tahap inti satu fase dan tahap akhir satu fase. Dengan demikian dari 13 fase pembelajaran yang ini dicapai hanya 4 fase yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran jika dihitung hanya 36 persen keberhasilan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Dari data hasil data diatas dapat di bauat sebuah logika korelasi bahwa proses tindakan perbaikan juga sangat berpengaruh pada hasil yang ingin dicapai. Hal ini sangat sesuai dengan pendapat Robert Gagne dengan Leslie Briggs (1970) bahwa Strategi Pembelajaran yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Ini berarti bahwa langkah dalam proses pembelajaran merupakan suatu yang sangat esensial dan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa.
2. Siklus II
Berdasrkan hasil penelitian dapt diketahui nilai rata rata siswa adalah 6,7 dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Dari 19 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 7 adalah 9 siswa atau 47 persen dan siswa yang mendapatkan nilai 7 ke atas adalah 10 siswa atau 53 persen.
Jika dibandingkan dengan nilai rata rata siklus 1 maka, terdapat kenaikan yang cukup signifikan dari 6,3 menjadi 6,7 selain itu jika dilihat dari pemerataan kenaikan nilai secara keseluran meningkat secara baik. Pada siklus 1 nilai yang siswa yang berada 7 keatas 37 persen sementara itu pada siklus 2 jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas 7 sebesar 53 persen.
Dengan demikian hal ini sesuai dengan Soegito dan Nurani (2002), penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran, sehingga akan menigkatkan prestasi belajar.
3. Siklus III
Tujuan akhir dari prose perbaikan pembelajaran adnya peningkatan prestasi belajarar pada bidang studi Sains. Pada proses perbaikan pembelajaran siklus III dapat diketahui bahwa nilai rata rata siswa adalah 7,00 dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Dari 19 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 7 adalah 5 siswa atau 26 persen dan siswa yang mendapatkan nilai 7 ke atas adalah 12 siswa atau 74 persen.
Sedangkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dikalkulasi bahwa dari tahap awal, tahap inti dan tahap akhir hanya ada dua fase yang belum sesuai dengan perencanaan perbaikan pembelajaran Dengan demikian dari 13 fase pembelajaran yang ini ada dua fase saja yang gagal jika dihitung hanya 15,3 persen keagalan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Dari hasil perbaikan pembelajaran dari mulai siklus 1 sampai dengan siklus 3 dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1 Peningkatan Nilai Siswa dari Siklus 1 s/d 3
Tabel 4.4 Keberhasilan tindakan perbaikan oleh guru
No Siklus I Siklus II Siklus III
1 36 60,2 84,7
Grafik 4.2 Keberhasilan tindakan perbaikan oleh guru
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bervariasi dapat meningkatkan pemahaman sains konsep gaya gravitasi bumi pada siswa kelas IV semester II SD Negeri Sukra III Kabupaten Indramayu.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode bervariasi maka disarankan :
a. Kepala Sekolah hendaknya memberikan pembinaan kepada guru guru bidang eksakta unutuk mempertimbangkan penggunaan metode berfariasi.
b. Bagi guru bidang studi eksakta untuk dapat menggunakan metode bervariasi dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
c. Bagi teman sejawat sebagai observer yang akan melaksanakan penelitian hendaknya lebih memperhatikan ketelitian dalam penyusunan langkah langkah dalam prosedur PTK.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen pendidikan Nasional 2003 ” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”
W. Rochiati, 2005. Metode penelitian tindakan kelas, Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Wardini J & N Marsinah, 2007 ” Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka.
www.beritaiptek.online “ Menguji grafitasi Einstein” diakses tanggal 29 April 2008 jam 11.30.
www.novita.blogspot.com” Peningkatan motivasi dan minat belajar melalui metode variasi. Diakses tanggal 14 Mei 2008.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran
B. Pemahaman Konsep
C. Metode Bervariasi
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
E. Kerangka Berpikir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
B. Prosedur Pelaksanaan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP GAYA GRAVITASI DENGAN METODE BERVARIASI
Penelitian Tindaka Kelas
Oleh:
S u m a r n i, A. Ma. Pd
NIP. 195812251977042001
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH DASAR NEGERI SUKRA III
KABUPATEN INDRAMAYU
2009
Tuesday, November 16, 2010
ICT meningkatkan pemahaman siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pendidikan di Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi alih teknologi dengan pesatnya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) mengalami perubahan yang sangat berarti bahkan hampir disemua aspek. Dibandingkan dengan negara-negara lain, dunia pendidikan di Indonesia masih ketinggalan dalam penggunaan ICT dalam pembelajaran, hal itu disebabkan antara lain Indonesia masih kebingungan dalam memilih paradigma mana yang pas dalam menyelesaikan masalah, program dulu baru anggarannya atau anggarannya dulu baru programnya (Suparlan, Mei 2008).
Pembaharuan dalam bidang pendidikan memerlukan keberanian untuk mencari metode dan membangun paradigma baru. Fenomena yang selalu terjadi dalam dunia pendidikan di era global ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu sendiri jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis yang menggiringnya (Prof. Suyanto, Ph.D). Pendidikan di Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian diikuti krisis multi dimensi sistem dan proses pembelajaran tidak mendukung bagi tercapainya pendidikan yang berkualitas, tidak mendukung akan dihasilkannya sumberdaya manusia yang dapat bersaing dalam era globalisasi. Kurikulum padat materi, mengedepankan pendekatan kognitif, diberikan dalam tradisi satu arah (one way direction-pasif).
Beberapa perubahan mulai diambil dengan menyadari beberapa kelemahan yang ada, antara lain melakukan desentralisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah yang dikuti manajemen berbasis sekolah, mengikutsertakan peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkannya lebih lanjut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didalam kurikulum ini pembelajaran menerapkan system PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), pembelajaran dua arah (two way teaching learning), pembelajaran diluar kelas (beyond the class room), dan memanfaatkan teknologi multimedia atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau biasa disebut sebagai Information and Communication Tecnology (ICT).
Penggunaan ICT disekolah telah merubah kita dalam meningkatkan mutu pendidikan yang tadinya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi student centered (berpusat pada siswa) , tadinya pembelajaran umumnya menjemukan karena tidak partisipatif (tidak ada peran siswa) dan sekarang lebih menyenangkan adanya partisipasi siswa, akses terhadap data dan informasi dapat dilakukan secara on line, yang jelas ICT membuka era baru dunia pendidikan. Namun tidak dapat dipungkiri bila keberadaan ICT dalam dunia pendidikan juga dapat membawa beberapa kendala tersendiri dan memungkinkan menjadi hal-hal yang anti klimaks dalam menentukan mutu pendidikan .
Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu dengan kehidupan manusia modern. Dalam bidang pendidikan kehadiran media pembelajaran misalnya sudah dirasakan banyak membantu tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era teknologi dan informasi ini, pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pembelajaran sudah bukan merupakan hal yang baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang akhir-akhir ini semakin menggeserkan peranan guru adalah teknologi multimedia yang tersedia melalui perangkat komputer. Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer membawa banyak perubahan pada sebuah program aplikasi seharusnya didesain terutama pada upaya menjadikan teknologi ini mampu memanipulasi keadaan sesungguhnya. Penekanannya terletak pada upaya yang berkesinambungan untuk memaksimalkan aktifitas belajar sebagai interaktif kognitif antar siswa, materi subyek, dan instruktur (dalam hal ini komputer yang diprogramkan).
Pembelajaran berbasis komputer (Computer based Instruction/CBI) adalah suatu konsep baru yang sampai saat ini banyak jenis dan desain dan implementasinya, terutama dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Kondisi ini muncul sebagai wujud nyata dari globalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi. ( Rakmat Setiadi dan Akhril Agus 2003 ;3).
Dewasa ini, CBI telah berkembang menjadi berbagai model dimulai dari CAI (Computer Assisted Intruction), kemudian mengalami perbaikan menjadi ACAI (Intelligent Computer Assited Intruction), dengan dasar orientasi aktifitas yang berbeda muncul pula CAL (Computer Assited Learning), CBL (Computer Based Learning, CAPA (Computer Assisted Personalized Assigment), dan ITS (Intelligent Tutorial System). Secara umum bahan belajar ini menjelaskan tentang makna komputer sebagai salah satu media dalam pembelajaran dan penyusunan bahan belajar berbasis komputer.
Penggunaan charta di dalam proses pembejaran sudah tidak jamannya lagi, Karena beberapa kelemahan dalam penggunaan charta sudah jelas, Dengan kehadiran teknologi komputer dewasa ini guru dapat mengembangkan imajinasinya dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) menggantikan media charta misalnya dalam membantu siswa dalam menyampaikan pembelajarannya, disamping itu kehadiran teknologi ini memungkinkan siswa untuk dapat berkreasi dalam mendalami suatu materi bahan ajar dan tidak menjemukan karena multimedia sudah merupakan barang yang tidak asing lagi bagi siswa.
B. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII A pada pokok bahan organisasi kehidupan di SMPN I Gebang tahun 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa umumnya, khususnya meningkatkan pendalaman materi/pemahaman konsep Organisasi Kehidupan.
2. Untuk mengetahui dan menanggulangi kendala seorang guru dalam mengatasi proses pembelajaran siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk guru diharapkan metode ini sebagai metode alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi komputer sehingga dapat digunakan sebagai model variasi dalam menyampaiakan materi pelajaran.
2. Untuk siswa, pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
3. Untuk Sekolah, dengan hadirnya bahan ajar berbantuan komputer ini (multimedia) diharapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, umumnya dunia pendidikan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terlepas dengan perangkat komputer yang dewasa ini menguasai teknologi pembelajaran di sekolah-sekolah. Komputer adalah alat atau seperangkat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata Komputer semula dipergunakan untuk mengambarkan orang yang pekerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan aritmatika. Namun dalam perkembanganya istilah yang lebih baik dan yang cocok untuk arti luas seperti komputer adalah yang memproses informasi atau sistem pengolah informasi.
Dalam perkembangannya akhirnya komputer merambah pada dunia pendidikan, yang mula-mula perangkat in dipergunakan untuk membantu dalam pekerjaan administrasi pendidikan, namun akhirnya sekarang komputer bergeser penggunaannya dalam pengunaan pengajaran.
Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) dalam proses pembelajaran disekolah sekarang ini sudah tidak asing lagi. Dalam bukunya bertajuk “Effective Teaching, Evidence and Practice”, Daniel Muijs dan David Reynolds menjelaskan beberapa hal tentang kecakapan ICT dapat membantu siswa belajar.
a. Presenting Information. ICT memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyampaikan informasi.Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat disimpan di harddisk/flasdisk.
b. Quick and Automatic Completion of Routine Tasks. Tugas-tugas rutin kita dapat selesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan otomatis.
c. Assessing and Handling Information. Dengan komputer yang berhubungan dengan internet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan informasi dengan mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki website yang menjangkau ujung dunia manapun. Masih banyak lagi manfaat yang bisa kita ambil dari pengunaan ICT dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Stategi Pembelajaran
Gaya pembelajaran merujuk kepada ciri istimewa kepunyaan seseorang siswa untuk memperlihatkan, interaksi, dan memberikan umpan balik dalam suasana pembelajaran atau pada proses belajar mengajar (Keefe, 1979). Seseorang pelajar mulai sejak kecil gaya belajarnya sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sosial-ekonomi dan budaya keluarga, emosi, dan alam disekitarnya. Atas perbedaan-perbedaan tersebut, maka gaya pembelajaran seorang siswa mungkin berbeda dari gaya pembelajaran siswa lain. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat siswa yang lebih cenderung kepada pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran, terdapat pula juga siswa lebih leluasa dengan pembelajaran melalui bahan manipulatif atau reflektif, ada juga siswa yang suka belajar dalam suasana kelompok dan ada pula siswa yang lebih enak dilaksanakan dengan secara perorangan atau sendirian (Felder, 1996).
Walaupun seorang siswa dikatakan bertanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri, tetapi guru memegang peranan yang sangat penting sebagai motivator dan pemudah cara melalui berbagai strategi pengajaran yang digunakan. Hasil yang didapat berbagai gaya pembelajaran seorang siswa dan beberapa strategi pengajaran yang diberikan guru kadang-kadang tidak sinkron/yang diharapkan siswa sehingga menyebabkan seorang siswa menjadi bosan dan tidak memperhatikan dalam proses pengajaran dan menyebabkab prestasi yang diharapkan tidak dapat tercapai. Sebaliknya, guru yang berhadapan dengan siswa yang tidak berminat dalam pembelajaran menyebabkan seorang guru akan kehilangan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, guru harus mengenal dengan pasti dan memahami gaya pembelajaran siswar supaya strategi pengajaran yang sesuai dapat digunakan dan memenuhi kehendak siswa dalam proses pembelajaran.
3. Penggunaan Multimedia dalam Proses Pembelajaran
Hampir tidak ada pendapat yang menyatakan ICT berdampak negatif dalam proses pembelajaran, ICT telah membuka era baru bagi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa, bukan hanya saja ICT bermanfaat langsung bagi peningkatan mutu siswa itu sendiri tetapi manajemen pendidikan, biaya pendidikan, sumber pendidikan semuanya berubah karena penggunaan dan keberadaan ICT.
Pendapat para ahli psikologi kognitif, seseorang siswa akan ingat 10% dari apa yang dia baca, 20% dari pada apa yang didengar, 30% apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% apa yang ia suarakan sendiri dan 90% apa yang ia lakukan sendiri (Rief, 1993).
Multimedia merupakan satu gabungan teks, grafik, audio, video, dan animasi. Dengan gabungan elemen-elemen ini dalam suatu pengajaran yang dikemas dalam bahan ajar interaktif berbantuan komputer ini (multimedia) , seorang guru boleh mewujudkan satu suasana pembelajaran yang penuh dengan persembahan audio visual yang dapat menarik minat pelajar serta memberikan rangsangan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran juga dapat memenuhi kebutuhan berbagai gaya pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
Multimedia interaktif juga dapat memberikan pembelajaran kooperatif dan interaktif sesama pelajar (seorang siswa lebih suka belajar dari teman sebayanya). Dengan kehadiran multimedia ini seorang siswa berpeluang membentuk kumpulan kecil dan berdiskusi untuk memahami suatu masalah/topik, menyelesaiakan masalah dan membuat keputusan dan meghasilkan proyek multimedia bersama yang nantinya sepenuhnya akan digunakan dalam proses pembelajaran tersebut, Menurut konstruktivisme, siswa adalah bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri. Pelajar membina pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari alam sekitarnya (Scott, 1987).
Beberapa masalah akan muncul sebagai akibat dari diterapkannya teknologi ini dalam latar pendidikan.
1. Berkaitan dengan orientasi filosofis.
Kaum obyektivis menilai desain multimedia sebagai sesuau yang sangat riil yang dapat membantu pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang diharapkan (Jonassen, 1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yang hendak dicapai oleh siswa harus dirancang secara jadi oleh pengembang instruksional dan dikemas dalam tenologi multimedia ini.
Kaum konstruktivis berpendapat sebaliknya, bahwa pengetahuan hendaknya dibentuk oleh siswa sendiri berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman dan gejala hidup yang dialami (Merril, 1991). Berdasarkan pandangan ini maka pelajar bersifat aktif, kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil.
2. Berhubungan dengan lingkungan pelajar.
Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikatagorikan tiga jenis yakni lingkungan prespektif, demokratis dan sibernetik.
Lingkungan prespektif menekankan bahwa prestasi belajar merupakan pencapaian dari tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan secara eksternal. Interaksi belajar terjadi antara siswa dengan bahan-bahan belajar yang sudah tersedia dan belajar merupakan suatu kejadian yang bersifat prosedural.
Lingkungan belajar demokratis menekankan kontrol proaktif siswa atas proses belajarnya sendiri, yang mencakup penetapan tujuan belajar sendiri, kontrol siswa terhadap urutan-urutan pembelajaran, hakekat pengalaman dan kedalaman materi belajar yang dicarinya.
Lingkungan belajar sibernetik menekankan saling ketergantungan antara sistem belajar dan siswa.
3. Berhubungan dengan desain instruksional.
Pada umumnya desain pembelajaran multimedia dibuat berdasarkan besar kecilnya kontrol siswa atas pembelajarannya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa siswa bisa diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa bisa juga dihambar melalui kontrol atas belajarnya.
4. Berhubungan dengan umpan balik.
Sifat dari umpan balik pembelajaran multimedia sangat bervariasi tergantung pada lingkungan di mana multimedia itu digunakan. Dalam lingkungan belajar preskriptif, umpan balik sering mengambil bentuk korektif dan deteksi terhadap kesalahan yang dibuat. Dalam lingkungan belajar demokratis, umpan balik sering mengambil bentuk nasehat atau anjuran, yakni sekedar pemberitahuan kepada siswa tentang akibat-akibat yang muncul dari suatu pilihan tertentu atau juga berisi rekomendasi. Dalam lingkungan sibernetik, umpan balik merupakan suatu negoisasi atau perundingan. Siswa menetapkan arah atau petunjuk sendiri dan membuat pilihan sendiri dan sistem belajar akan berusaha mempelajari pola-pola yang muncul sehubungan dengan kebutuhan siswa itu dan memberikan respon terhadap siswa dengan menyediakan tantangan-tantangan baru.
5. Sifat sosial dari jenis pembelajaran.
Banyak kritik telah dilontarkan terhadap pembelajaran multimedia sebagai pembelajaran yang bersifat isolatif sehingga bertentangan dengan tujuan sosial dari sekolah. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi individualis-individualis dan kontaks sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang asing.
Itulah beberapa masalah yag perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menggunakan teknologi multimedia dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu usaha yang harus dikembangkan untuk mengantisipasi sejumlah masalah diatas maka akhir-akhir ini perhatikan pendidik mulai diarahkan kepada belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia, memperluas pendekatan belajar kooperatif ini dalam lingkungan belajar yang berbasis komputer.
Beberapa keuntungan penerapan belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia antara lain :
1) adanya ketergantungan dan tanggungjawab dari setiap kelompok.
2) Adanya interakti yang proaktif dimana usaha seseorang individu akan mendukung usaha anggota kelompok lainnya.
3) Kesempatan latihan untuk bekerjasama.
4) Pengembangan dan pemeliharaaan kelompok (Marsel Ruben Payong, Sinar Harapan 2001).
Dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) perlu diperhatikan beberapa trik sehingga multimedia yang dihasilkan akan menarik dilihat dari segi aspek pembelajarannya.
1. Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul, tujuan pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Judul jangan mempergunakan kalimat yang kaku, namun judul hendaknya dibuat dengan kalimat yang lebih menantang dan menarik.
2. Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran jangan hanya terpaku dengan rumusan kompetensi dasar atau indikator yang telah ada dalam kurikulum. Redaksi tujuan pembelajaran yang ada pada kompetensi dasar atau indikator dapat dibuat yang lebih kreatif dan dapat dikembangkan/diperluas dengan kalimat yang jelas, realistis, dan dapat diukur.
Pengguna (siswa) perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh setelah belajar menggunakan multimedia pembelajaran. Menurut de Porter dkk, menggunakan istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu ?).Dengan rumusan dengan jelas siswa tahu kemana arah saat menggunakan media tersebut.
3. Berikan Appersepsi yang Kontekstual
dePorter dkk dalam buku “Quantum Teaching” memfungsikan apersepsi untuk ‘membawa dunia mereka kedunia kita’. Yaitu mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka pengguna ‘merasa diajak’ berkomunikasi dengan media kita.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran akan menarik dan dapat diterima siswa apabila pembelajaran itu disampaikan sesuai dengan kehendak dan kemauan siswa, manakala siswa sudah tidak tertarik dengan gaya pembelaaran oleh seorang guru maka pembelajaran mustahil akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Gaya pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa pada umumnya diberikan seorang guru tanpa mempertimbangkan kondisi dan perhatian siswa saat menerima pembelajaran, tetapi hanya berpedoman pada materi yang akan disampaikan saja.
Sementara pada mata pelajaran IPA tidak semua materi bisa disampaikan melalui pratikum/kinerja ilmiah, hal itu disebabkan mungkin karena tidak tersedianya laboratorium yang dengan peralatan yang lengkap atau memang topik/materi menghendaki demikian. Apabila kondisi sudah demikian salah satu alternatif seorang guru menyampaikan materi pelajarannya dengan bantuan media charta sebagai alat bantu, karena charta adalah media yang paling murah , mudah didapat dan dibuat. Namun media charta ini kurang mendapat perhatian dan simpati bila dipergunakan untuk media bagi seorang guru menjelaskan suatu topik, membosankan dan monoton.
Berdasarkan permasalahan di lapangan yang demikian dan kajian teori diatas, untuk menciptakan gaya pembelajaran yang menarik dan mendapat perhatian dari siswa dapat dikemukakan pola pembelajaran dengan bantuan komputer yaitu multimedia sebagai pengganti media charta pada topik/materi pelajaran non-eksperimen pada mata pelajaran IPA di sekolah.
Mengapa harus multimedia? banyak pakar berpendapat bahwa multimedia (ICT) adalah media yang bisa diterapkan pada dunia pendidikan sebagai media pembelajaran terhadap jawaban tantangan di era globalisasi sekarang ini, disamping menarik, dan tidak membosankan. Penggunaan ICT (multimedia) sangat mempengaruhi berbagai aspek pengelolaan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut : Apa yang dipelajari (what is learned), bagaimana suatu obyek dipelajari ( How it is learned), kapan dan dimana proses belajar mengajar terjadi, dan siapa yang belajar dan siapa yang mengajar (who is learning and who is teaching).
C. Hipotesis Tindakan
Berdasar kerangka berfikir diatas dapat dikemukakan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut : Pembelajaran menggunakan multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, motivasi belajar dan prestasi siswa pada pokok bahasan organisasi kehidupan di kelas VII A SMP Negeri I Gebang tahun 2007/2008
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gebang dengan sasaran adalah siswa kelas VII A Tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap dengan mengambil materi pada Standar Komptensi 1. Memahami Organisasi Kehidupan.
B. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah diambil dari hasil tes yang selesaikan dikerjakan siswa khusus aspek pemahaman konsep, sedangkan data sekunder diperoleh dari data observasi saat pembelajaran berlangsung.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diberikan berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda dengan 4 (empat) option yang dilaksanakan pada akhir siklus, sedangkan teknik non tes berupa lembar observasi yang berisi tentang catatan-catatan siswa pada proses pembelajaran berlangsung saat menggunakan alat bantu multimedia. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui motivasi siswa dan meningkatkan dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan alat bantu multimedia.
D. Analisa Data
Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah menggunakan analisis deskripsi komparatif (Analisis Kuantitatif) yaitu dengan cara membandingkan hasil tes pada saat kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II.
Data kualitatif yang diperoleh dari non tes menggunakan analisis deskripsi kualitatif berdasarkan hasil observasi refleksi tiap siklus. Data ini diperoleh dari sumber data berupa catatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung yang meliputi: minat siswa, keaktifan siswa, kekompakan kelompok, ketertarikan media yang digunakan dan ketercapaian tujuan kemudian disimpulkan yang nantinya untuk menentukan langkah perbaikan pembelajaran berikutnya.
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah adalah : (1) Adanya peningkatan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh pada aspek pemahaman konsep mata pelajaran IPA, yaitu sekurang-kurang sama dengan nilai KKM yang telah ditentukan 6,50. (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam pembelajaran melalui media yang digunakan.
F. Prosedur Penelitian.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan dua (2) siklus (Kemmis dan Mc. Taggart, 1997). Sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan (a) refleksi awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern) yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c) implementasi tindakan dan observasi dan (d) refleksi). Memasuki siklus berikutnya dimulai dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan dan observasi lanjut, dan (c) refleksi lanjut.
Jika dibuatkan diagramnya, Tahapan PTK adalah sebagai berikut.
Tahapan PTK
Secara lebih rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas dijabarkan sebagai berikut :
1. Refleksi Awal, menentukan topik tindakan yang yaitu menentukan alat/media bantu yang menarik pada proses pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa, hal ini didasarkan dari hasil refleksi pembelajaran sebelumnya (perlakuan pembelajaran sebelumnya).
2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
1) Membuat Rencana Pelajaran (RP)
2) Menentukan alat bantu/media pembelajaran yang menarik bagi siswa, yaitu bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)
3) Menentukan/membuat skenario pembelajaran dengan media multimedia.
4) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
5) Menyusun alat evaluasi akhir pembelajaran (akhir siklus I)
b. Implementasi Tindakan dan Observasi (Do)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang sudah direncanakan yang tertuang pada RPP dan LKS siswa. Kemudian pada tahap selanjutnya pada saat proses pembelajaran berlangsung dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi yang telah dibuat.
c. Refleksi (See)
Hasil proses pembelajaran dan hasil observasi yang sudah dibuat serta dianalisis. Hasil observasi selanjutnya digunakan merefleksi diri apakah kegiatan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep siswa dalam penguasaan materi (dengan melihat nilai hasil tes pemahaman konsep ) yang telah disampaikan dan dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Kemudian hasil data yang dihasilkan dapat untuk menentukan tindakan pada tahap/siklus selanjutnya.
3. Siklus II
Kegiatan pada siklus II proses pembelajarannya hampir sama dengan siklus I, hanya materinya yang berbeda ( System Pernapasan pada Manusia) dan penggunaan multimedia interaktif dengan teknik yang berbeda. Pebedaan perlakuan antara lain :
a. Pada siklus I penggunaaan multimedia dilakukan secara demonstrasi belum sepenuhnya melibatkan siswa dan pada siklus II penggunaan multimedia interaktif dengan cara melibatkan keaktifan siswa secara kelompok dan ditambah dengan bebarapa perubahan perlakuan dalam proses pembejarannya sebagai hasil temuan dari tindakan pada siklus sebelumnya.
b. Multimedia interaktif yang digunakan dibuat dan dirancang sendiri oleh guru dengan penyajian yang melibatkan keaktifan siswa, menyesuaikan kondisi siswa yang sifatnya adalah perbaikan proses pembelajaran sebelumnya dengan mengoptimalkan media multimedia yang digunakan dan mengoptimalkan peran serta siswa sehingga siswa semakin termotivasi dalam meningkatkan proses belajar baik yang dilaksanakan di kelas maupun semakin termotivasinya belajar di rumahnya.
c. Diberikan tugas dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis komputer (internet).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pada pertemuan sebelumya dalam penyampaian proses pembelajaran materi sel hewan dan sel tumbuhan kegiatan non-eksperimen, alat bantu yang digunakan adalah charta sel hewan dan sel tumbuhan. Pembelajaran dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, setiap tatap muka alokasi waktunya 2 jam pelajaran selama 80 menit Hasil yang didapat setelah akhir pembelajaran diadakan tes pemahaman konsep secara keseluruhan hasilnya belum baik ( 72.5 % anak dibawah KKM yang telah ditetapkan), hal itu disebabkan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran karena monoton, dan proses pembelajaran kurang menarik sehingga kurang memotivasi siswa.
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi yang disampaikan adalah Sel Hewan dan Tumbuhan Rencana pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi. Proses pembelajaran secara rinci telah tercantum dalam RPP yang telah disusun.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah realisasi dari perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran (Implementasi tindakan dan Observasi)., dan penutup Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian no-tes). Lembar observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi selama pembelajaran dan dipergunakan untuk menentukan langkah siklus berikutnya. Pada akhir sklus diadakan tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II adalah merupakan hasil refleksi tindakan pada siklus I , dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi yang disampaikan adalah jaringan pada hewan atau manusia dengan multimedia interaktif dengan tambahan tugas rumah berbasis internet. Rencana pelaksanaannya hampir sama dengan silus I yaitu dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah realisasi dari hasil refleksi pada siklus I, perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran (Implementasi tindakan dan Observasi), dan penutup, pada siklus ini multimedia yang digunakan adalah multimedia interaktif yang disusun/dibuat oleh guru sendiri yang merupakan bahan ajar interaktif berbantuan komputer. Seperti pada siklus sebelumnya selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian non-tes). Lembar observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi perkembangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung.. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan dan diberikan tugas tambahan mengenai materi sebelumnya dengan cara memaanfaatkan media internet (penugasan pembelajaran berbasis internet).
D. Pembahasan Tiap Siklus
1. Nilai Tes (Analisis Kuantitatif)
Pada pembelajaran selanjutnya kegiatan pembelajaran non-eksperimen pada materi Organisasi kehidupan dengan perlakuan alat Bantu charta pada sebelum perlakuan penelitian, media multimedia pada siklus I, dan multimedia interaktif pada siklus II, hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil tes Pemahaman Konsep sebelum Tindakan
Interval
Frekuensi
Prosentase
45 – 49 1 2.5 %
50 – 54 7 17.5 %
55– 59 6 15 %
60 - 64 15 37.5 %
65 – 69 5 12.5 %
70 – 74 4 10 %
75 – 79 2 5 %
Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa siswa memperoleh nilai interval 65 – 79 sebanyak 11 siswa ( 27.50 %), sedangkan siswa lain sebanyak 29 siswa (72.5 %) memperoleh nilai dibawah 65 (dibawah standar KKM yang telah ditentukan). Dengan demikian bahwa hasil pembelajaran aspek pemahaman konsep masih banyak siswa yang belum tuntas
Tabel 2. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus I
Interval
Frekuensi
Prosentase
50 – 54 4 10 %
55– 59 1 2.5 %
60 - 64 9 22.5 %
65 – 69 6 15 %
70 – 74 13 32.5 %
75 – 79 2 5 %
80 – 84 3 7.5 %
85 – 89 2 5 %
Berdasarkan tabel diatas siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 26 siswa yaitu 65 %, sedangkan sebanyak 14 siswa ( 35 %) mendapat nilai dibawah KKM. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran aspek pemahaman konsep pada siklus I belum tuntas, walaupun sudah ada peningkatan sebesar 37.5 % dari sebelumnya.
Tabel 3. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus II
Interval
Frekuensi
Prosentase
55 – 59 1 2.5 %
60– 64 7 17.5 %
65 - 69 5 12.5 %
70 – 74 16 40 %
75 – 79 6 15 %
80 – 84 2 5 %
85 – 89 2 5 %
90– 94 1 2.5 %
Pada akhir perlakuan siklus II sebanyak 32 siswa yaitu sebesar 80 % sudah mencapai nilai pemahaman konsep sama atau diatas KKM yang telah ditentukan (KKM = 65). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan pembelajaran di akhir siklus II sudah mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan perlakuan pembelajaran sebelumnya.
2. Analisis Kualitatif (non-tes)
Hasil catatan lembar observasi yang telah dilakukan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Sebelum siklus
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media charta (model sel hewan dan tumbuhan) siswa kurang begitu antusias (memperhatikan).
2) Pertanyaan yang diajukan siswa masing kurang, hal itu dikarenakan siswa masih berpusat pada guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) belum terlihat, LKS masih dikerjakan secara individu.
4) Penggunaan media kurang menarik siswa (bersifat monoton)
5) Metode yang diterapkan guru belum sesusi dengan keinginan siswa
6) Tujuan pembelajaran belum tercapai.
b. Siklus I
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia satu arah , siswa mulai ada perhatiaan dalam proses pembelajarannya
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga siswa sudah mulai menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) sudah mulai terlihat , ada beberapa siswa yang menjawab LKS masih mencontek teman sesama anggotanya.
4) Penggunaan media menarik siswa, walaupun masih sederhana.
5) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
6) Tujuan pembelajaran sudah mulai ada peningkatan.
c. Siklus II
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, siswa mulai antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga siswa sudah mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok sudah tampak, terlihat dalam menjawab LKS sudah ada kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu kelompok.
4) Siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran
5) Penggunaan multimedia interaktif menjadi daya tarik siswa tersendiri, hal itu terlihat ada beberapa siswa yang berkeinginan mengcopy CD multimedia interaktif.
6) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
7) Tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan perencanaan
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Secara keseluruhan hasil nilai tiap siklus dapat dirangkum pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil nilai tes tiap siklus
Nilai
Pada Nilai
Terendah Nilai
Tertinggi Nilai
rata-rata
Sebelum Tindakan 45 75 59.5
Siklus I 50 85 66.4
Siklus II 55 90 69.8
Hasil tes pemahaman konsep pada awal perlakuan nilai rata-rata yang didapat 59,5 dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 45 dengan ketuntasan 27,5 % (mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 65), dan yang belum tuntas sebesar 72.5 % sehingga secara klasikal belum memenuhi ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada siklus I diperoleh nilai terendah 50, nilai tertingi 85 dengan rata-rata kelas 66.4, ketuntasan 62.5 % dan yang tidak tuntas 33.6 %, walaupun pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditentukan akan tetapi sudah ada kenaikan perolehan nilai, hal ini pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran mengalami peningkatan.
Pada akhir siklus II diperoleh nilai terendah 55, nilai tertinggi 90 dengan nilai rata-rata kelas 69.8, ketuntasan klasikal 80 % (32 anak) dan yang belum tuntas 20 % (8 anak). .Secara klasikal perolehan nilai pada pemahaman konsep sudah mencapai kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bantuan media multimedia dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa (Analisis Kuantitatif).
Hasil analisis kualitatif yang didapat dari hasil lembar observasi (penilaian non-tes) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan multimedia dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan sudah bisa meningkatkan aspek pemahaman konsep materi pelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memotivasi belajar siswa sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan multimedia pada kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep siswa khususnya mata pelajaran IPA pada materi Organisasi Kehidupan.
2. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran, karena penggunaan media yang menarik.
B. Saran
1. Diharapkan hadirnya teknologi komputer di dunia pendidikan dapat membuka wawasan baru bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan multimedia yang sesuai dengan pembelajaran yang menjadi harapan dan keinginan siswa
2. Multimedia tidak hanya bisa diterapkan pada mata pelajaran IPA saja, namun multimedia bisa diterapkan pada semua mata pelajaran lain, baik pembelajaran yang dilaksanakan non eksperimen maupun sebagai media pembantu dalam pembelajaran eksperimen/kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Giam kah How, Jabatan Sains dan Matematik MPSK, 1999/2000, Gaya Pembelajaran Multimedia dalam Pengajaran dan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan TIGAENF.
Indra Djati Sidi, Makalah “Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran.
Kusrianto, Adi, 2006, Macromedia Flash Profesional 8, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Lilik Gani HA, M.Sc.,Ph.D, makalah Seminar “Strategi Pengembangan ICT untuk Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional.
Marsel Ruben Payong, 2001, Beberapa Masalah dalam Pembelajaran Multimedia, Sinar Harapan.
Permana, Budi, 1999, Microsoft PowerPoint 2000, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Ramadhan, Arif, 2004, Internet dan Aplikasinya, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Suparlan, Artikel “Penggunaan ICT dalam Proses Pembelajaran di Sekolah”’ Website: www.suparlan.com
Tim Pelatih Proyek PGSM Propinsi Jawa Tengah, 1999/2000, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah Proyek Perluasan SLTP Propinsi jawa Tengah
Tim IPA,2007, IPA Terpadu 2A, Yudhistira
Usman, Moh, Uzer, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya
------------------------, 2006, Kumpulan Makalah Pelatihan Lesson Study Bagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP Seluruh Indonesia , Direktorat Pembinaan dan Pelatihan, Dirjen PMPTK Depdiknas dengan FMIPA UNY.
-----------------------, Komputer sebagai Media Pembelajaran, http://kurteks.upi.edu/media/berbasis 20%komputer.htm
---------------------, Pembelajaran, http://id/wikipedia.org/wiki/pembelajaran.
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN ORGANISASI KEHIDUPAN DI KELAS VIIA
Penelitian Tindakan Kelas
Oleh:
T A K R U D I N
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SMP NEGERI I GEBANG
KABUPATEN CIREBON
2008
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDKAN
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Subjek Penelitian
B. Sumber Data
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
E. Indikator Keberhasilan
F. Prosedur Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal Penelitian
B. Deskripsi Siklus I
C. Deskripsi Siklus II
D. Pembahasan TiapSiklus
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pendidikan di Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi alih teknologi dengan pesatnya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) mengalami perubahan yang sangat berarti bahkan hampir disemua aspek. Dibandingkan dengan negara-negara lain, dunia pendidikan di Indonesia masih ketinggalan dalam penggunaan ICT dalam pembelajaran, hal itu disebabkan antara lain Indonesia masih kebingungan dalam memilih paradigma mana yang pas dalam menyelesaikan masalah, program dulu baru anggarannya atau anggarannya dulu baru programnya (Suparlan, Mei 2008).
Pembaharuan dalam bidang pendidikan memerlukan keberanian untuk mencari metode dan membangun paradigma baru. Fenomena yang selalu terjadi dalam dunia pendidikan di era global ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu sendiri jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis yang menggiringnya (Prof. Suyanto, Ph.D). Pendidikan di Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian diikuti krisis multi dimensi sistem dan proses pembelajaran tidak mendukung bagi tercapainya pendidikan yang berkualitas, tidak mendukung akan dihasilkannya sumberdaya manusia yang dapat bersaing dalam era globalisasi. Kurikulum padat materi, mengedepankan pendekatan kognitif, diberikan dalam tradisi satu arah (one way direction-pasif).
Beberapa perubahan mulai diambil dengan menyadari beberapa kelemahan yang ada, antara lain melakukan desentralisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah yang dikuti manajemen berbasis sekolah, mengikutsertakan peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkannya lebih lanjut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didalam kurikulum ini pembelajaran menerapkan system PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), pembelajaran dua arah (two way teaching learning), pembelajaran diluar kelas (beyond the class room), dan memanfaatkan teknologi multimedia atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau biasa disebut sebagai Information and Communication Tecnology (ICT).
Penggunaan ICT disekolah telah merubah kita dalam meningkatkan mutu pendidikan yang tadinya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi student centered (berpusat pada siswa) , tadinya pembelajaran umumnya menjemukan karena tidak partisipatif (tidak ada peran siswa) dan sekarang lebih menyenangkan adanya partisipasi siswa, akses terhadap data dan informasi dapat dilakukan secara on line, yang jelas ICT membuka era baru dunia pendidikan. Namun tidak dapat dipungkiri bila keberadaan ICT dalam dunia pendidikan juga dapat membawa beberapa kendala tersendiri dan memungkinkan menjadi hal-hal yang anti klimaks dalam menentukan mutu pendidikan .
Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu dengan kehidupan manusia modern. Dalam bidang pendidikan kehadiran media pembelajaran misalnya sudah dirasakan banyak membantu tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era teknologi dan informasi ini, pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pembelajaran sudah bukan merupakan hal yang baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang akhir-akhir ini semakin menggeserkan peranan guru adalah teknologi multimedia yang tersedia melalui perangkat komputer. Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer membawa banyak perubahan pada sebuah program aplikasi seharusnya didesain terutama pada upaya menjadikan teknologi ini mampu memanipulasi keadaan sesungguhnya. Penekanannya terletak pada upaya yang berkesinambungan untuk memaksimalkan aktifitas belajar sebagai interaktif kognitif antar siswa, materi subyek, dan instruktur (dalam hal ini komputer yang diprogramkan).
Pembelajaran berbasis komputer (Computer based Instruction/CBI) adalah suatu konsep baru yang sampai saat ini banyak jenis dan desain dan implementasinya, terutama dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Kondisi ini muncul sebagai wujud nyata dari globalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi. ( Rakmat Setiadi dan Akhril Agus 2003 ;3).
Dewasa ini, CBI telah berkembang menjadi berbagai model dimulai dari CAI (Computer Assisted Intruction), kemudian mengalami perbaikan menjadi ACAI (Intelligent Computer Assited Intruction), dengan dasar orientasi aktifitas yang berbeda muncul pula CAL (Computer Assited Learning), CBL (Computer Based Learning, CAPA (Computer Assisted Personalized Assigment), dan ITS (Intelligent Tutorial System). Secara umum bahan belajar ini menjelaskan tentang makna komputer sebagai salah satu media dalam pembelajaran dan penyusunan bahan belajar berbasis komputer.
Penggunaan charta di dalam proses pembejaran sudah tidak jamannya lagi, Karena beberapa kelemahan dalam penggunaan charta sudah jelas, Dengan kehadiran teknologi komputer dewasa ini guru dapat mengembangkan imajinasinya dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) menggantikan media charta misalnya dalam membantu siswa dalam menyampaikan pembelajarannya, disamping itu kehadiran teknologi ini memungkinkan siswa untuk dapat berkreasi dalam mendalami suatu materi bahan ajar dan tidak menjemukan karena multimedia sudah merupakan barang yang tidak asing lagi bagi siswa.
B. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII A pada pokok bahan organisasi kehidupan di SMPN I Gebang tahun 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa umumnya, khususnya meningkatkan pendalaman materi/pemahaman konsep Organisasi Kehidupan.
2. Untuk mengetahui dan menanggulangi kendala seorang guru dalam mengatasi proses pembelajaran siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk guru diharapkan metode ini sebagai metode alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi komputer sehingga dapat digunakan sebagai model variasi dalam menyampaiakan materi pelajaran.
2. Untuk siswa, pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
3. Untuk Sekolah, dengan hadirnya bahan ajar berbantuan komputer ini (multimedia) diharapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, umumnya dunia pendidikan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terlepas dengan perangkat komputer yang dewasa ini menguasai teknologi pembelajaran di sekolah-sekolah. Komputer adalah alat atau seperangkat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata Komputer semula dipergunakan untuk mengambarkan orang yang pekerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan aritmatika. Namun dalam perkembanganya istilah yang lebih baik dan yang cocok untuk arti luas seperti komputer adalah yang memproses informasi atau sistem pengolah informasi.
Dalam perkembangannya akhirnya komputer merambah pada dunia pendidikan, yang mula-mula perangkat in dipergunakan untuk membantu dalam pekerjaan administrasi pendidikan, namun akhirnya sekarang komputer bergeser penggunaannya dalam pengunaan pengajaran.
Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) dalam proses pembelajaran disekolah sekarang ini sudah tidak asing lagi. Dalam bukunya bertajuk “Effective Teaching, Evidence and Practice”, Daniel Muijs dan David Reynolds menjelaskan beberapa hal tentang kecakapan ICT dapat membantu siswa belajar.
a. Presenting Information. ICT memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyampaikan informasi.Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat disimpan di harddisk/flasdisk.
b. Quick and Automatic Completion of Routine Tasks. Tugas-tugas rutin kita dapat selesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan otomatis.
c. Assessing and Handling Information. Dengan komputer yang berhubungan dengan internet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan informasi dengan mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki website yang menjangkau ujung dunia manapun. Masih banyak lagi manfaat yang bisa kita ambil dari pengunaan ICT dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Stategi Pembelajaran
Gaya pembelajaran merujuk kepada ciri istimewa kepunyaan seseorang siswa untuk memperlihatkan, interaksi, dan memberikan umpan balik dalam suasana pembelajaran atau pada proses belajar mengajar (Keefe, 1979). Seseorang pelajar mulai sejak kecil gaya belajarnya sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sosial-ekonomi dan budaya keluarga, emosi, dan alam disekitarnya. Atas perbedaan-perbedaan tersebut, maka gaya pembelajaran seorang siswa mungkin berbeda dari gaya pembelajaran siswa lain. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat siswa yang lebih cenderung kepada pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran, terdapat pula juga siswa lebih leluasa dengan pembelajaran melalui bahan manipulatif atau reflektif, ada juga siswa yang suka belajar dalam suasana kelompok dan ada pula siswa yang lebih enak dilaksanakan dengan secara perorangan atau sendirian (Felder, 1996).
Walaupun seorang siswa dikatakan bertanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri, tetapi guru memegang peranan yang sangat penting sebagai motivator dan pemudah cara melalui berbagai strategi pengajaran yang digunakan. Hasil yang didapat berbagai gaya pembelajaran seorang siswa dan beberapa strategi pengajaran yang diberikan guru kadang-kadang tidak sinkron/yang diharapkan siswa sehingga menyebabkan seorang siswa menjadi bosan dan tidak memperhatikan dalam proses pengajaran dan menyebabkab prestasi yang diharapkan tidak dapat tercapai. Sebaliknya, guru yang berhadapan dengan siswa yang tidak berminat dalam pembelajaran menyebabkan seorang guru akan kehilangan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, guru harus mengenal dengan pasti dan memahami gaya pembelajaran siswar supaya strategi pengajaran yang sesuai dapat digunakan dan memenuhi kehendak siswa dalam proses pembelajaran.
3. Penggunaan Multimedia dalam Proses Pembelajaran
Hampir tidak ada pendapat yang menyatakan ICT berdampak negatif dalam proses pembelajaran, ICT telah membuka era baru bagi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa, bukan hanya saja ICT bermanfaat langsung bagi peningkatan mutu siswa itu sendiri tetapi manajemen pendidikan, biaya pendidikan, sumber pendidikan semuanya berubah karena penggunaan dan keberadaan ICT.
Pendapat para ahli psikologi kognitif, seseorang siswa akan ingat 10% dari apa yang dia baca, 20% dari pada apa yang didengar, 30% apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% apa yang ia suarakan sendiri dan 90% apa yang ia lakukan sendiri (Rief, 1993).
Multimedia merupakan satu gabungan teks, grafik, audio, video, dan animasi. Dengan gabungan elemen-elemen ini dalam suatu pengajaran yang dikemas dalam bahan ajar interaktif berbantuan komputer ini (multimedia) , seorang guru boleh mewujudkan satu suasana pembelajaran yang penuh dengan persembahan audio visual yang dapat menarik minat pelajar serta memberikan rangsangan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran juga dapat memenuhi kebutuhan berbagai gaya pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
Multimedia interaktif juga dapat memberikan pembelajaran kooperatif dan interaktif sesama pelajar (seorang siswa lebih suka belajar dari teman sebayanya). Dengan kehadiran multimedia ini seorang siswa berpeluang membentuk kumpulan kecil dan berdiskusi untuk memahami suatu masalah/topik, menyelesaiakan masalah dan membuat keputusan dan meghasilkan proyek multimedia bersama yang nantinya sepenuhnya akan digunakan dalam proses pembelajaran tersebut, Menurut konstruktivisme, siswa adalah bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri. Pelajar membina pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari alam sekitarnya (Scott, 1987).
Beberapa masalah akan muncul sebagai akibat dari diterapkannya teknologi ini dalam latar pendidikan.
1. Berkaitan dengan orientasi filosofis.
Kaum obyektivis menilai desain multimedia sebagai sesuau yang sangat riil yang dapat membantu pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang diharapkan (Jonassen, 1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yang hendak dicapai oleh siswa harus dirancang secara jadi oleh pengembang instruksional dan dikemas dalam tenologi multimedia ini.
Kaum konstruktivis berpendapat sebaliknya, bahwa pengetahuan hendaknya dibentuk oleh siswa sendiri berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman dan gejala hidup yang dialami (Merril, 1991). Berdasarkan pandangan ini maka pelajar bersifat aktif, kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil.
2. Berhubungan dengan lingkungan pelajar.
Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikatagorikan tiga jenis yakni lingkungan prespektif, demokratis dan sibernetik.
Lingkungan prespektif menekankan bahwa prestasi belajar merupakan pencapaian dari tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan secara eksternal. Interaksi belajar terjadi antara siswa dengan bahan-bahan belajar yang sudah tersedia dan belajar merupakan suatu kejadian yang bersifat prosedural.
Lingkungan belajar demokratis menekankan kontrol proaktif siswa atas proses belajarnya sendiri, yang mencakup penetapan tujuan belajar sendiri, kontrol siswa terhadap urutan-urutan pembelajaran, hakekat pengalaman dan kedalaman materi belajar yang dicarinya.
Lingkungan belajar sibernetik menekankan saling ketergantungan antara sistem belajar dan siswa.
3. Berhubungan dengan desain instruksional.
Pada umumnya desain pembelajaran multimedia dibuat berdasarkan besar kecilnya kontrol siswa atas pembelajarannya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa siswa bisa diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa bisa juga dihambar melalui kontrol atas belajarnya.
4. Berhubungan dengan umpan balik.
Sifat dari umpan balik pembelajaran multimedia sangat bervariasi tergantung pada lingkungan di mana multimedia itu digunakan. Dalam lingkungan belajar preskriptif, umpan balik sering mengambil bentuk korektif dan deteksi terhadap kesalahan yang dibuat. Dalam lingkungan belajar demokratis, umpan balik sering mengambil bentuk nasehat atau anjuran, yakni sekedar pemberitahuan kepada siswa tentang akibat-akibat yang muncul dari suatu pilihan tertentu atau juga berisi rekomendasi. Dalam lingkungan sibernetik, umpan balik merupakan suatu negoisasi atau perundingan. Siswa menetapkan arah atau petunjuk sendiri dan membuat pilihan sendiri dan sistem belajar akan berusaha mempelajari pola-pola yang muncul sehubungan dengan kebutuhan siswa itu dan memberikan respon terhadap siswa dengan menyediakan tantangan-tantangan baru.
5. Sifat sosial dari jenis pembelajaran.
Banyak kritik telah dilontarkan terhadap pembelajaran multimedia sebagai pembelajaran yang bersifat isolatif sehingga bertentangan dengan tujuan sosial dari sekolah. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi individualis-individualis dan kontaks sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang asing.
Itulah beberapa masalah yag perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menggunakan teknologi multimedia dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu usaha yang harus dikembangkan untuk mengantisipasi sejumlah masalah diatas maka akhir-akhir ini perhatikan pendidik mulai diarahkan kepada belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia, memperluas pendekatan belajar kooperatif ini dalam lingkungan belajar yang berbasis komputer.
Beberapa keuntungan penerapan belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia antara lain :
1) adanya ketergantungan dan tanggungjawab dari setiap kelompok.
2) Adanya interakti yang proaktif dimana usaha seseorang individu akan mendukung usaha anggota kelompok lainnya.
3) Kesempatan latihan untuk bekerjasama.
4) Pengembangan dan pemeliharaaan kelompok (Marsel Ruben Payong, Sinar Harapan 2001).
Dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) perlu diperhatikan beberapa trik sehingga multimedia yang dihasilkan akan menarik dilihat dari segi aspek pembelajarannya.
1. Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul, tujuan pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Judul jangan mempergunakan kalimat yang kaku, namun judul hendaknya dibuat dengan kalimat yang lebih menantang dan menarik.
2. Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran jangan hanya terpaku dengan rumusan kompetensi dasar atau indikator yang telah ada dalam kurikulum. Redaksi tujuan pembelajaran yang ada pada kompetensi dasar atau indikator dapat dibuat yang lebih kreatif dan dapat dikembangkan/diperluas dengan kalimat yang jelas, realistis, dan dapat diukur.
Pengguna (siswa) perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh setelah belajar menggunakan multimedia pembelajaran. Menurut de Porter dkk, menggunakan istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu ?).Dengan rumusan dengan jelas siswa tahu kemana arah saat menggunakan media tersebut.
3. Berikan Appersepsi yang Kontekstual
dePorter dkk dalam buku “Quantum Teaching” memfungsikan apersepsi untuk ‘membawa dunia mereka kedunia kita’. Yaitu mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka pengguna ‘merasa diajak’ berkomunikasi dengan media kita.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran akan menarik dan dapat diterima siswa apabila pembelajaran itu disampaikan sesuai dengan kehendak dan kemauan siswa, manakala siswa sudah tidak tertarik dengan gaya pembelaaran oleh seorang guru maka pembelajaran mustahil akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Gaya pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa pada umumnya diberikan seorang guru tanpa mempertimbangkan kondisi dan perhatian siswa saat menerima pembelajaran, tetapi hanya berpedoman pada materi yang akan disampaikan saja.
Sementara pada mata pelajaran IPA tidak semua materi bisa disampaikan melalui pratikum/kinerja ilmiah, hal itu disebabkan mungkin karena tidak tersedianya laboratorium yang dengan peralatan yang lengkap atau memang topik/materi menghendaki demikian. Apabila kondisi sudah demikian salah satu alternatif seorang guru menyampaikan materi pelajarannya dengan bantuan media charta sebagai alat bantu, karena charta adalah media yang paling murah , mudah didapat dan dibuat. Namun media charta ini kurang mendapat perhatian dan simpati bila dipergunakan untuk media bagi seorang guru menjelaskan suatu topik, membosankan dan monoton.
Berdasarkan permasalahan di lapangan yang demikian dan kajian teori diatas, untuk menciptakan gaya pembelajaran yang menarik dan mendapat perhatian dari siswa dapat dikemukakan pola pembelajaran dengan bantuan komputer yaitu multimedia sebagai pengganti media charta pada topik/materi pelajaran non-eksperimen pada mata pelajaran IPA di sekolah.
Mengapa harus multimedia? banyak pakar berpendapat bahwa multimedia (ICT) adalah media yang bisa diterapkan pada dunia pendidikan sebagai media pembelajaran terhadap jawaban tantangan di era globalisasi sekarang ini, disamping menarik, dan tidak membosankan. Penggunaan ICT (multimedia) sangat mempengaruhi berbagai aspek pengelolaan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut : Apa yang dipelajari (what is learned), bagaimana suatu obyek dipelajari ( How it is learned), kapan dan dimana proses belajar mengajar terjadi, dan siapa yang belajar dan siapa yang mengajar (who is learning and who is teaching).
C. Hipotesis Tindakan
Berdasar kerangka berfikir diatas dapat dikemukakan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut : Pembelajaran menggunakan multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, motivasi belajar dan prestasi siswa pada pokok bahasan organisasi kehidupan di kelas VII A SMP Negeri I Gebang tahun 2007/2008
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gebang dengan sasaran adalah siswa kelas VII A Tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap dengan mengambil materi pada Standar Komptensi 1. Memahami Organisasi Kehidupan.
B. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah diambil dari hasil tes yang selesaikan dikerjakan siswa khusus aspek pemahaman konsep, sedangkan data sekunder diperoleh dari data observasi saat pembelajaran berlangsung.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diberikan berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda dengan 4 (empat) option yang dilaksanakan pada akhir siklus, sedangkan teknik non tes berupa lembar observasi yang berisi tentang catatan-catatan siswa pada proses pembelajaran berlangsung saat menggunakan alat bantu multimedia. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui motivasi siswa dan meningkatkan dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan alat bantu multimedia.
D. Analisa Data
Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah menggunakan analisis deskripsi komparatif (Analisis Kuantitatif) yaitu dengan cara membandingkan hasil tes pada saat kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II.
Data kualitatif yang diperoleh dari non tes menggunakan analisis deskripsi kualitatif berdasarkan hasil observasi refleksi tiap siklus. Data ini diperoleh dari sumber data berupa catatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung yang meliputi: minat siswa, keaktifan siswa, kekompakan kelompok, ketertarikan media yang digunakan dan ketercapaian tujuan kemudian disimpulkan yang nantinya untuk menentukan langkah perbaikan pembelajaran berikutnya.
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah adalah : (1) Adanya peningkatan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh pada aspek pemahaman konsep mata pelajaran IPA, yaitu sekurang-kurang sama dengan nilai KKM yang telah ditentukan 6,50. (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam pembelajaran melalui media yang digunakan.
F. Prosedur Penelitian.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan dua (2) siklus (Kemmis dan Mc. Taggart, 1997). Sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan (a) refleksi awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern) yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c) implementasi tindakan dan observasi dan (d) refleksi). Memasuki siklus berikutnya dimulai dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan dan observasi lanjut, dan (c) refleksi lanjut.
Jika dibuatkan diagramnya, Tahapan PTK adalah sebagai berikut.
Tahapan PTK
Secara lebih rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas dijabarkan sebagai berikut :
1. Refleksi Awal, menentukan topik tindakan yang yaitu menentukan alat/media bantu yang menarik pada proses pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa, hal ini didasarkan dari hasil refleksi pembelajaran sebelumnya (perlakuan pembelajaran sebelumnya).
2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
1) Membuat Rencana Pelajaran (RP)
2) Menentukan alat bantu/media pembelajaran yang menarik bagi siswa, yaitu bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)
3) Menentukan/membuat skenario pembelajaran dengan media multimedia.
4) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
5) Menyusun alat evaluasi akhir pembelajaran (akhir siklus I)
b. Implementasi Tindakan dan Observasi (Do)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang sudah direncanakan yang tertuang pada RPP dan LKS siswa. Kemudian pada tahap selanjutnya pada saat proses pembelajaran berlangsung dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi yang telah dibuat.
c. Refleksi (See)
Hasil proses pembelajaran dan hasil observasi yang sudah dibuat serta dianalisis. Hasil observasi selanjutnya digunakan merefleksi diri apakah kegiatan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep siswa dalam penguasaan materi (dengan melihat nilai hasil tes pemahaman konsep ) yang telah disampaikan dan dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Kemudian hasil data yang dihasilkan dapat untuk menentukan tindakan pada tahap/siklus selanjutnya.
3. Siklus II
Kegiatan pada siklus II proses pembelajarannya hampir sama dengan siklus I, hanya materinya yang berbeda ( System Pernapasan pada Manusia) dan penggunaan multimedia interaktif dengan teknik yang berbeda. Pebedaan perlakuan antara lain :
a. Pada siklus I penggunaaan multimedia dilakukan secara demonstrasi belum sepenuhnya melibatkan siswa dan pada siklus II penggunaan multimedia interaktif dengan cara melibatkan keaktifan siswa secara kelompok dan ditambah dengan bebarapa perubahan perlakuan dalam proses pembejarannya sebagai hasil temuan dari tindakan pada siklus sebelumnya.
b. Multimedia interaktif yang digunakan dibuat dan dirancang sendiri oleh guru dengan penyajian yang melibatkan keaktifan siswa, menyesuaikan kondisi siswa yang sifatnya adalah perbaikan proses pembelajaran sebelumnya dengan mengoptimalkan media multimedia yang digunakan dan mengoptimalkan peran serta siswa sehingga siswa semakin termotivasi dalam meningkatkan proses belajar baik yang dilaksanakan di kelas maupun semakin termotivasinya belajar di rumahnya.
c. Diberikan tugas dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis komputer (internet).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pada pertemuan sebelumya dalam penyampaian proses pembelajaran materi sel hewan dan sel tumbuhan kegiatan non-eksperimen, alat bantu yang digunakan adalah charta sel hewan dan sel tumbuhan. Pembelajaran dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, setiap tatap muka alokasi waktunya 2 jam pelajaran selama 80 menit Hasil yang didapat setelah akhir pembelajaran diadakan tes pemahaman konsep secara keseluruhan hasilnya belum baik ( 72.5 % anak dibawah KKM yang telah ditetapkan), hal itu disebabkan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran karena monoton, dan proses pembelajaran kurang menarik sehingga kurang memotivasi siswa.
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi yang disampaikan adalah Sel Hewan dan Tumbuhan Rencana pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi. Proses pembelajaran secara rinci telah tercantum dalam RPP yang telah disusun.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah realisasi dari perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran (Implementasi tindakan dan Observasi)., dan penutup Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian no-tes). Lembar observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi selama pembelajaran dan dipergunakan untuk menentukan langkah siklus berikutnya. Pada akhir sklus diadakan tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II adalah merupakan hasil refleksi tindakan pada siklus I , dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi yang disampaikan adalah jaringan pada hewan atau manusia dengan multimedia interaktif dengan tambahan tugas rumah berbasis internet. Rencana pelaksanaannya hampir sama dengan silus I yaitu dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah realisasi dari hasil refleksi pada siklus I, perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran (Implementasi tindakan dan Observasi), dan penutup, pada siklus ini multimedia yang digunakan adalah multimedia interaktif yang disusun/dibuat oleh guru sendiri yang merupakan bahan ajar interaktif berbantuan komputer. Seperti pada siklus sebelumnya selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian non-tes). Lembar observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi perkembangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung.. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan dan diberikan tugas tambahan mengenai materi sebelumnya dengan cara memaanfaatkan media internet (penugasan pembelajaran berbasis internet).
D. Pembahasan Tiap Siklus
1. Nilai Tes (Analisis Kuantitatif)
Pada pembelajaran selanjutnya kegiatan pembelajaran non-eksperimen pada materi Organisasi kehidupan dengan perlakuan alat Bantu charta pada sebelum perlakuan penelitian, media multimedia pada siklus I, dan multimedia interaktif pada siklus II, hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil tes Pemahaman Konsep sebelum Tindakan
Interval
Frekuensi
Prosentase
45 – 49 1 2.5 %
50 – 54 7 17.5 %
55– 59 6 15 %
60 - 64 15 37.5 %
65 – 69 5 12.5 %
70 – 74 4 10 %
75 – 79 2 5 %
Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa siswa memperoleh nilai interval 65 – 79 sebanyak 11 siswa ( 27.50 %), sedangkan siswa lain sebanyak 29 siswa (72.5 %) memperoleh nilai dibawah 65 (dibawah standar KKM yang telah ditentukan). Dengan demikian bahwa hasil pembelajaran aspek pemahaman konsep masih banyak siswa yang belum tuntas
Tabel 2. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus I
Interval
Frekuensi
Prosentase
50 – 54 4 10 %
55– 59 1 2.5 %
60 - 64 9 22.5 %
65 – 69 6 15 %
70 – 74 13 32.5 %
75 – 79 2 5 %
80 – 84 3 7.5 %
85 – 89 2 5 %
Berdasarkan tabel diatas siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 26 siswa yaitu 65 %, sedangkan sebanyak 14 siswa ( 35 %) mendapat nilai dibawah KKM. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran aspek pemahaman konsep pada siklus I belum tuntas, walaupun sudah ada peningkatan sebesar 37.5 % dari sebelumnya.
Tabel 3. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus II
Interval
Frekuensi
Prosentase
55 – 59 1 2.5 %
60– 64 7 17.5 %
65 - 69 5 12.5 %
70 – 74 16 40 %
75 – 79 6 15 %
80 – 84 2 5 %
85 – 89 2 5 %
90– 94 1 2.5 %
Pada akhir perlakuan siklus II sebanyak 32 siswa yaitu sebesar 80 % sudah mencapai nilai pemahaman konsep sama atau diatas KKM yang telah ditentukan (KKM = 65). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan pembelajaran di akhir siklus II sudah mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan perlakuan pembelajaran sebelumnya.
2. Analisis Kualitatif (non-tes)
Hasil catatan lembar observasi yang telah dilakukan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Sebelum siklus
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media charta (model sel hewan dan tumbuhan) siswa kurang begitu antusias (memperhatikan).
2) Pertanyaan yang diajukan siswa masing kurang, hal itu dikarenakan siswa masih berpusat pada guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) belum terlihat, LKS masih dikerjakan secara individu.
4) Penggunaan media kurang menarik siswa (bersifat monoton)
5) Metode yang diterapkan guru belum sesusi dengan keinginan siswa
6) Tujuan pembelajaran belum tercapai.
b. Siklus I
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia satu arah , siswa mulai ada perhatiaan dalam proses pembelajarannya
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga siswa sudah mulai menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) sudah mulai terlihat , ada beberapa siswa yang menjawab LKS masih mencontek teman sesama anggotanya.
4) Penggunaan media menarik siswa, walaupun masih sederhana.
5) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
6) Tujuan pembelajaran sudah mulai ada peningkatan.
c. Siklus II
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, siswa mulai antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga siswa sudah mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok sudah tampak, terlihat dalam menjawab LKS sudah ada kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu kelompok.
4) Siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran
5) Penggunaan multimedia interaktif menjadi daya tarik siswa tersendiri, hal itu terlihat ada beberapa siswa yang berkeinginan mengcopy CD multimedia interaktif.
6) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
7) Tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan perencanaan
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Secara keseluruhan hasil nilai tiap siklus dapat dirangkum pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil nilai tes tiap siklus
Nilai
Pada Nilai
Terendah Nilai
Tertinggi Nilai
rata-rata
Sebelum Tindakan 45 75 59.5
Siklus I 50 85 66.4
Siklus II 55 90 69.8
Hasil tes pemahaman konsep pada awal perlakuan nilai rata-rata yang didapat 59,5 dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 45 dengan ketuntasan 27,5 % (mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 65), dan yang belum tuntas sebesar 72.5 % sehingga secara klasikal belum memenuhi ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada siklus I diperoleh nilai terendah 50, nilai tertingi 85 dengan rata-rata kelas 66.4, ketuntasan 62.5 % dan yang tidak tuntas 33.6 %, walaupun pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditentukan akan tetapi sudah ada kenaikan perolehan nilai, hal ini pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran mengalami peningkatan.
Pada akhir siklus II diperoleh nilai terendah 55, nilai tertinggi 90 dengan nilai rata-rata kelas 69.8, ketuntasan klasikal 80 % (32 anak) dan yang belum tuntas 20 % (8 anak). .Secara klasikal perolehan nilai pada pemahaman konsep sudah mencapai kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bantuan media multimedia dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa (Analisis Kuantitatif).
Hasil analisis kualitatif yang didapat dari hasil lembar observasi (penilaian non-tes) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan multimedia dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan sudah bisa meningkatkan aspek pemahaman konsep materi pelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memotivasi belajar siswa sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan multimedia pada kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep siswa khususnya mata pelajaran IPA pada materi Organisasi Kehidupan.
2. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran, karena penggunaan media yang menarik.
B. Saran
1. Diharapkan hadirnya teknologi komputer di dunia pendidikan dapat membuka wawasan baru bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan multimedia yang sesuai dengan pembelajaran yang menjadi harapan dan keinginan siswa
2. Multimedia tidak hanya bisa diterapkan pada mata pelajaran IPA saja, namun multimedia bisa diterapkan pada semua mata pelajaran lain, baik pembelajaran yang dilaksanakan non eksperimen maupun sebagai media pembantu dalam pembelajaran eksperimen/kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Giam kah How, Jabatan Sains dan Matematik MPSK, 1999/2000, Gaya Pembelajaran Multimedia dalam Pengajaran dan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan TIGAENF.
Indra Djati Sidi, Makalah “Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran.
Kusrianto, Adi, 2006, Macromedia Flash Profesional 8, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Lilik Gani HA, M.Sc.,Ph.D, makalah Seminar “Strategi Pengembangan ICT untuk Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional.
Marsel Ruben Payong, 2001, Beberapa Masalah dalam Pembelajaran Multimedia, Sinar Harapan.
Permana, Budi, 1999, Microsoft PowerPoint 2000, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Ramadhan, Arif, 2004, Internet dan Aplikasinya, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Suparlan, Artikel “Penggunaan ICT dalam Proses Pembelajaran di Sekolah”’ Website: www.suparlan.com
Tim Pelatih Proyek PGSM Propinsi Jawa Tengah, 1999/2000, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah Proyek Perluasan SLTP Propinsi jawa Tengah
Tim IPA,2007, IPA Terpadu 2A, Yudhistira
Usman, Moh, Uzer, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya
------------------------, 2006, Kumpulan Makalah Pelatihan Lesson Study Bagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP Seluruh Indonesia , Direktorat Pembinaan dan Pelatihan, Dirjen PMPTK Depdiknas dengan FMIPA UNY.
-----------------------, Komputer sebagai Media Pembelajaran, http://kurteks.upi.edu/media/berbasis 20%komputer.htm
---------------------, Pembelajaran, http://id/wikipedia.org/wiki/pembelajaran.
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN ORGANISASI KEHIDUPAN DI KELAS VIIA
Penelitian Tindakan Kelas
Oleh:
T A K R U D I N
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SMP NEGERI I GEBANG
KABUPATEN CIREBON
2008
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDKAN
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Subjek Penelitian
B. Sumber Data
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
E. Indikator Keberhasilan
F. Prosedur Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal Penelitian
B. Deskripsi Siklus I
C. Deskripsi Siklus II
D. Pembahasan TiapSiklus
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Subscribe to:
Posts (Atom)
Antagonis - Politik
Antagonis - Politik Faktor Penyebab Beberapa sebab utama dari krisis politik ini, yakni feodalisme, oligarki dan banalitas kejahat...

-
Sekilas tentang Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Apa itu Pemanasan Global? Pemanasan Global adalah proses kenaikan suhu rat...
-
Rubella, umumnya dikenal sebagai campak Jerman, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella. Nama "rubella" berasal dari...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains dan tekhnologi saling bedampingan. Seiring semakin pesatnya perkembangan tekhnologi, maka diperlu...