Saya yakin, anda pasti melihat dunia sebagai
tempat yang baik-baik saja, walaupun masalah dan penindasan bersembunyi di
balik kenyataan sehari-hari. Orang hidup dengan nyaman, walaupun di depan
matanya, penindasan dan penderitaan terjadi setiap harinya, tanpa celah.
Politik
Dua ideologi yang menjangkiti dunia politik kita
adalah: ideologi kerakusan dan ideologi apatisme. Ideologi kerakusan adalah
suatu bentuk kesalahan berpikir yang menyatakan, bahwa politik adalah arena
untuk mencari uang dan kekuasaan. Orang menjadi walikota atau anggota DPR bukan
untuk mengabdi pada kebaikan bersama, melainkan untuk menjadi kaya dan terkenal
di masyarakat. Ideologi kerakusan ini yang menjadi kanker politik dan
menghancurkan kehidupan politik kita di Indonesia.
Ideologi apatisme adalah kesalahan berpikir yang
menyatakan, bahwa politik adalah urusan pemerintah semata. Warga negara biasa
tidak perlu ikut campur. Serahkan semua urusan pada yang berwewenang. Ideologi
ini salah total, karena membiarkan urusan politik dimonopoli oleh segelintir
orang yang seringkali rakus (ideologi kerakusan) dan korup. Kontrol sosial atas
politik adalah persyaratan utama dari masyarakat yang beradab, dimana warganya
peduli dan ambil bagian dalam politik.
Ekonomi
Ekonomi Indonesia juga mengalami penyakit
ideologi, yakni ideologi pasar bebas dan ideologi ilusi. Ideologi pasar bebas
adalah bentuk kesalahan berpikir, dimana peraturan untuk mengatur kinerja
ekonomi dianggap sebagai hambatan yang buruk untuk ekonomi. Di dalam ideologi
ini, pasar haruslah dibiarkan bebas, sehingga tercipta hukum pasar yang membawa
kebaikan bagi semua. Ideologi langsung ambruk di mata pengalaman empiris, bahwa
negara-negara yang mengaku menggunakan pasar bebas justru memiliki banyak
aturan untuk melindungi ekonomi negaranya (AS dan Inggris), dan negara-negara
yang sungguh menggunakan pasar bebas justru terus diterjang krisis ekonomi yang
berkepanjangan (negara-negara di Sub-Sahara Afrika).
Ideologi kedua yang menjangkiti ekonomi Indonesia
adalah ideologi ilusi, dimana ekonomi dianggap semata-mata sebagai pergerakan
uang yang pucat, tanpa wajah dan hati nurani. Ukuran kemakmuran lalu adalah
pendapatan per kapita dan Gross Domestic Bruto, yang kerap kali adalah
angka-angka pucat yang menyembunyikan banyak penindasan, ketidakadilan dan
kesalahpahaman di belakangnya. Ekonomi sejatinya adalah urusan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa manusia. Percuma angka-angka statistik
tinggi, tapi orang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Kultur dan Prasangka
Ideologi juga menjadi kanker yang menggerogoti
kultur di Indonesia. Dalam arti ini, kultur tidak hanya berarti budaya,
melainkan sebuah cara hidup tertentu yang dianut oleh sekelompok orang. Cara
hidup semacam ini mengandaikan adanya pandangan dunia tertentu yang menjadi
latar belakang sekaligus tolak ukurnya. Dalam artinya yang paling negatif, dua
hal ini lalu berubah menjadi prasangka atas sekelompok orang tertentu, dan
prasangka tidak pernah bisa dilepaskan dari ideologi.
Ada satu ideologi dalam konteks ini yang berakar
begitu dalam pada cara pandang orang Indonesia dan juga dunia internasional
pada umumnya, bahwa negara kita miskin dan ketinggalan, karena kemalasan
orang-orangnya. Kemalasan ini lahir dari mentalitas yang memang sudah melekat
pada diri orang Indonesia. Tidak ada ideologi yang lebih jahat dan salah dari
pada ini. Fungsi filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya di Indonesia adalah
untuk mengubur dalam-dalam cara berpikir semacam ini.
No comments:
Post a Comment