Sekarang
ini di Indonesia, sikap beradab diancam oleh mentalitas dan kultur gosip yang
bersifat menghancurkan. Orang lebih percaya gosip, daripada menggunakan akal
budinya untuk berpikir sendiri, dan kemudian membuat keputusan. Akal budi
dipasung oleh kemalasan dan kebodohan. Di balik rasa nikmat yang
ditimbulkannya, gosip secara perlahan tapi pasti menghancurkan kepercayaan (trust)
yang menjadi dasar dari kehidupan bersama.
Anatomi
Gosip
Mengapa
dan dari mana gosip itu muncul? Sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut secara
lugas tanpa terjebak pada kesesatan. Di dalam proses untuk mencapai kebenaran,
manusia seringkali dihalangi oleh idola-idola. Saya ingin mengajukan
argumen, bahwa gosip tersusun dari idola-idola yang menutupi mata dan
pikiran manusia dari kebenaran.
Ada
empat macam bentuk idola (Bacon). Yang pertama adalah idola tribus,
yakni kecenderungan manusia untuk melihat adanya tatanan di dalam sistem lebih
daripada apa yang sebenarnya ada. Idola tribus menutupi mata dan pikiran
manusia dari kebenaran.
Yang
kedua adalah idola cava, yakni kecenderungan orang untuk menilai orang
lain ataupun suatu peristiwa dengan berdasar pada sentimen pribadi, dan bukan
dengan kejernihan akal budi. Idola cava juga menjauhkan manusia dari
kebenaran.
Yang
ketiga adalah idola fori, yakni kebingungan yang diciptakan, karena
orang tidak memahami makna bahasa yang digunakan dalam konteks komunikasi
sehari-hari. Akibatnya orang terjebak di dalam kesalahpahaman. Bahasa memang
menjadi elemen kunci di dalam komunikasi. Jika orang tidak mampu berbahasa
ataupun memahami makna bahasa yang digunakan secara tepat, maka komunikasi
untuk mencapai kesepakatan akan sulit tercipta. Kebenaran pun semakin jauh dari
genggaman tangan.
Yang
keempat adalah idola theatri, yakni bangunan pemikiran ataupun teori
yang dibentuk oleh pendekatan yang tidak tepat. Sehingga keyakinan ataupun
pemikirannya didasarkan pada pendekatan yang sifatnya satu arah, karena
mengabaikan fakta. Idola theatri menghalangi
manusia untuk sampai pada kebenaran. Keempat
idola ini dirumuskan oleh Bacon di dalam bukunya yang berjudul Novum Organum (1620).
Ia
memang hanya membatasi dirinya pada perumusan metode saintifik yang dapat
menjamin kebenaran dari pengetahuan yang didapat. Baginya seorang ilmuwan
haruslah membersihkan dirinya dari idola-idola yang menghalangi
pikirannya untuk mencapai kebenaran. Namun saya merasa bahwa argumen Bacon
tidak hanya cocok untuk para ilmuwan, tetapi juga untuk semua orang, terutama
mereka yang pikiran dan tindakannya dipengaruhi oleh gosip, sehingga mereka
tidak mampu menemukan kebenaran! Mereka perlu untuk membersihkan pikiran mereka
dari idola-idola!
Membedakan
Ruang Publik dan Ruang Privat
Kehidupan
sosial manusia terdiri dari dua bentuk ruang, yakni ruang publik dan ruang
privat. Ruang publik adalah tempat untuk membicarakan segala sesuatu yang
terkait dengan kepentingan bersama. Misalnya masyarakat membicarakan tentang
bagaimana menangani korban gempa, memerangi korupsi, memilih presiden, dan
sebagainya. Ruang publik adalah ruang politis.
Di
sisi lain masyarakat juga mengenal adanya ruang privat. Ruang privat adalah
tempat bagi setiap pribadi untuk mengembangkan diri dan bertindak sesuai dengan
dorongan pribadinya, tanpa perlu ada campur tangan dari orang lain. Misalnya
saya ingin tidur terbalik, saya ingin punya lebih dari satu, atau saya makan
sayur yang dicampur dengan buah. Semua itu adalah urusan privat. Orang lain
tidak boleh dan tidak berhak untuk mencampurinya!
Dalam
arti ini gosip adalah publikasi ruang privat. Artinya segala sesuatu yang
sebenarnya urusan pribadi kini menjadi bahan pembicaraan publik. Gosip adalah
pelanggaran atas privasi!
Masyarakat
yang beradab mengenal betul pembedaan antara ruang publik dan ruang privat.
Kedua ruang itu tidak boleh dicampurkan. Sebaliknya masyarakat yang tidak
beradab mencampurkan keduanya begitu saja. Masyarakat gosip adalah masyarakat
yang menjadikan urusan privat sebagai urusan publik. Masyarakat gosip adalah
masyarakat yang tidak beradab!
Jika
ingin menjadi bangsa yang beradab, orang Indonesia perlu untuk mencegah
publikasi ruang privat. Orang Indonesia perlu untuk menghormati privasi setiap
orang. Orang Indonesia juga perlu untuk membicarakan masalah publik dalam
konteks debat yang rasional. Ruang publik bukanlah ruang gosip, melainkan ruang
untuk mencapai keadilan bagi kehidupan bersama. Gosip harus dimusnahkan!
Gosip
juga seringkali mencemari nama baik seseorang. Sebuah fakta dipelintir
sedemikian rupa, sehingga kebenaran tidak lagi terkandung di dalamnya.
Akibatnya reputasi seseorang
menjadi jelek di mata masyarakat!
Berfikir
ilmiah sebagai Anti Gosip
Berfikir Ilmiah merupakan suatu
pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu
tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga
harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran.
Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya. Yang
didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal
itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan
suatu masalah
Jika
ditempatkan secara tepat, prinsip berfikir ilmiah mampu mencegah kita mengambil
kesimpulan yang searah dan jauh dari kebenaran. Berfikir ilmiah mengajak kita
untuk bersikap obyektif di dalam membuat keputusan. Jika orang menerapkan
prinsip ini di dalam hidupnya, ia tidak akan dibingungkan oleh gosip. Jika
masyarakat menerapkan prinsip ini sesuai konteksnya, maka mereka akan menjadi
masyarakat yang beradab.
Memang
pada akhirnya kehidupan manusia baru berharga dan bermakna, jika diarahkan
untuk mencapai kebenaran. Di dalam kebenaran manusia akan menemukan
kebahagiaan. Kebenaran yang mungkin awalnya menyakitkan, tetapi secara perlahan
akan menumbuhkan kesadaran kita sebagai manusia yang otentik. Sikap hidup yang
semakin jarang ditemukan di masyarakat kita sekarang ini.