
Kata orang, sahabat yang paling baik adalah sahabat yang berani mengingatkan kita dengan keras, ketika kita berbuat salah. Akan tetapi, anda mungkin sadar, betapa sulitnya melakukan itu. Yang banyak terjadi adalah, ketika kita mengingatkan sahabat kita, maka persahabatan itu akan terancam rusak.
Padahal, secara umum, salah satu sebab mengapa banyak hal-hal buruk terus terjadi di masyarakat kita adalah, karena tidak ada orang yang mengingatkan, ketika orang lain berbuat salah. Ketika ada orang korupsi, kita tidak berani mengingatkan, ironisnya malah ikut-ikutan korupsi.
Pertanyaan yang perlu diajukan kemudian adalah, apa yang diperlukan untuk mengingatkan orang lain? Ada lima hal, yakni keberanian, kehendak baik, cara yang baik, epistemologi yang tepat, dan sikap beradab.
Keberanian
Di era sekarang ini, keberanian tetap diperlukan. Bukan keberanian untuk bertengkar di jalan dengan orang lain, tetapi keberanian untuk mengingatkan, ketika ada yang salah. Kita perlu untuk berani mengingatkan, ketika terjadi kesalahan, baik besar ataupun kecil, di depan mata kita.
Kehendak Baik
Immanuel Kant, salah seorang filsuf Jerman terbesar, pernah menyatakan, bahwa kebaikan paling murni dan paling tinggi di dunia adalah kehendak baik itu sendiri. Itulah dasar dari semua sikap baik yang kita lakukan. Sebelum mengingatkan orang yang berbuat salah, kita harus sungguh-sungguh yakin, bahwa kehendak kita itu baik.
Cara
Walaupun kehendak sudah baik, dan keberanian sudah ada, kita tetap harus memperhatikan “cara” kita mengingatkan. Yang pasti, kita harus mengingatkan dengan cara yang sopan. Kita harus menggunakan bahasa yang halus, sopan, namun tegas, dan jelas. Kita juga tidak boleh mengingatkan orang di depan umum, karena itu akan melukai harga dirinya.
Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang merefleksikan hakekat sekaligus batas-batas pengetahuan manusia. Praktisnya, kita perlu untuk memiliki pengetahuan yang mantap terlebih dahulu, bahwa kita benar, sebelum kita mengingatkan orang lain yang kita anggap berbuat salah. Kita perlu memiliki data dan informasi yang akurat terlebih dahulu, sebelum mengingatkan orang lain yang, kita anggap, salah.
Sikap Beradab
Pada akhirnya, kita amat perlu untuk menjadi orang yang beradab. Orang beradab siap menjalin kontak yang positif dengan orang lain yang telah ia tegur, bahkan tegur dengan keras. Orang yang beradab juga siap untuk ditegur, ketika ia berbuat salah, dan menerima teguran itu dengan kritis (dicek dulu) dan tulus.
Jujur saja, saya cukup sensitif, jika ditegur. Reaksi otomatis saya adalah melawan balik. Saya punya pengalaman ini, yakni marah dan tersinggung, ketika diingatkan, walaupun saya tahu, bahwa saya salah. Jangan ditiru!
Namun, seperti saya tulis di atas, ketika diingatkan, kita harus mengecek dulu, apakah kita sungguh salah, atau tidak. Ini yang saya sebut sebagai sikap kritis, ketika ditegur. Kalau terbukti salah, yah kita harus mau mengakui, dan minta maaf dengan tulus. Itu namanya sikap fair.
Budaya Mengingatkan
Kita perlu membangun budaya saling mengingatkan, jika salah seorang dari kita berbuat salah. Teguran amat penting, supaya kesalahan tidak berlanjut, dan merusak lebih dalam serta lebih luas. Prinsip yang perlu diperhatikan adalah, kita perlu mengingatkan dengan kritis, tegas, dan sekaligus beradab.
Tindak mengingatkan juga merupakan hal yang amat penting di dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin harus berani mengingatkan dan ditegur. Ini tidak dapat dibantah lagi. Yang penting, ia tetap beradab dan fair, ketika mengingatkan, ataupun menerima teguran.
Jadi, sudah saatnya, kita saling mengingatkan satu sama lain. Yang perlu diperhatikan di dalam mengingatkan adalah adanya keberanian (1), kehendak baik (2), cara yang beradab (3), informasi yang akurat (4), dan sikap beradab sebagai manusia (5). Harapan saya, dengan saling mengingatkan, hidup bersama kita akan lebih nyaman dan membahagiakan.
good ide
ReplyDeletemari budayakan...
ReplyDelete