KETIDAKTAHUDIRIAN
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang
mempunyai kesadaran tinggi untuk mengenal akan diri dan lingkungan. Hal ini
dikarenakan, manusia merupakan makhluk Tuhan yang dikarunia sebuah anugerah yang
besar. Seberapa tinggikah kesadaran yang kita miliki? Sudahkah anda mengenali
ketidaktahuan diri sendiri? Mengapa ada orang yang tidak tahu diri?
Tidak Tahu Diri
Tidak tahu diri memiliki tujuh unsur. Pertama,
ketidaktahudirian berakar pada ketidaktahuan (Unwissenheit). Orang
yang tak sadar kemampuan, lalu berlagak untuk mengambil peran besar, akan
menjadi orang yang tak tahu diri. Sayangnya, saya termasuk salah satu orang
yang tak kenal dirinya sendiri, sehingga tak sadar pada kemampuan diri,
sehingga “berlagak” yang penuh dengan omong kosong.
Dua, ketidaktahudirian berakar pada
miskinnya pengalaman. Pengalaman yang diolah akan membuat orang menjadi bijak.
Biasanya, orang-orang semacam itu akan hidup sederhana dan bersahaja, walaupun
mereka bermutu dan kaya raya. Orang yang tidak tahu diri itu miskin pengalaman
dan kebijaksanaan, tetapi “berlagak” dalam lingkungan sosial.
Tiga, orang tidak tahu diri melajut
pesat eksistensinya, karena ia pandai menjilat. Keutamaan tertingginya adalah
kecerdikan “merayu”. Sehimgga kecerdikanya bermain curang di belakanglah yang dapat
menutupinya dari mata masyarakat luas.
Empat, orang tak tahu diri juga suka
dijilat. Mereka memilih teman tidak berdasarkan pada kemampuan maupun
integritas, melainkan dari seberapa lezat jilatan yang diberikan. Mereka
menciptakan gang-gang mafia di berbagai tempat yang mengikis rasa keadilan dan Kebersamaan.
Lima, orang tak tahu diri adalah orang
yang takabur. Mereka ditipu oleh kisah sukses semu mereka. Kesombongan pun
terpancar langsung dari tutur kata maupun tindakan. Padahal, kesombongan adalah
pertanda awal dari sebuah kejatuhan.
Enam, selain takabur, ketidaktahudirian
selalu bergandengan dengan kerakusan. Karena tak kenal dirinya sendiri, rasa
hampa selalu datang menghantui. Rasa rakus tumbuh secara alami, dan berusaha
dipuaskan dengan uang dan kekuasaan. Sayangnya, penderitaan tetap menghantui,
dan rasa kosong di dalam hati tetap menggerogoti diri.
Tujuh, ketika diberikan kedudukan,
orang-orang yang tidak tahu diri akan langsung menyalahgunakannya. Kekuasaan
mereka tidak akan berkelanjutan, karena berpijak pada kerakusan dan kebutaan.
Yang terjadi justru sebaliknya, kerugian moral, spiritual dan ekonomis akan
langsung tercipta di dalam kepemimpinan mereka.
Mendidik Tahu Diri
Dua hal kiranya diperlukan, guna mencegah
menyebarnya ketidaktahudirian. Pertama, unsur pendidikan yang bermutu
amatlah penting disini.
Dua, Tiap diri harus berperan di dalam
memberi teladan yang baik bagi lingkungan sosial.
Tulisan ini hanyalah sebuah bentuk instrospeksi akan ketidaktahuan diri.