Bolehkah kita bermimpi dalam hidup kita?
Apakah ada gunanya? Ataukah kita harus melepaskan mimpi kita, dan hidup
apa adanya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu
memahami terlebih dahulu, apa itu mimpi, dan bagaimana ia di dalam
perjalanan bisa tersesat.


Mimpi adalah bentukan dari harapan dari
dalam diri manusia tentang masa depannya. Ia bukan hanya bunga tidur,
tetapi juga cita-cita yang mengarahkan hidup seseorang pada satu titik.
Mimpi seseorang seringkali menjadi tujuan sekaligus makna hidupnya. Ia
menjadi motivasi yang mendorong orang untuk terus berusaha, walaupun
kesulitan datang silih berganti.
Manusia
adalah mahluk bertubuh dan berbulu halus, mengarungi hidup menuju
kematian, dan di antaranya dia berhadapan dengan kecenderungan untuk
menguasai dan dikuasai, berusaha untuk berdialog, mengontrol kekuasaan
yang ada, supaya tidak semena-mena, dan memiliki mimpi-mimpi yang
menghantuinya. Di antara lahir dan mati, mimpi adalah makna hidup
manusia, yang memberinya tujuan untuk setiap hari bangun dan
beraktivitas.
Namun, mimpi tidak selalu tepat. Mimpi
juga bisa menyesatkan, ketika ia tidak diolah dengan pemikiran kritis,
yakni pemikiran yang terus mempertanyakan, dan mengolah lebih jauh.
Mimpi justru bisa mengaburkan makna hidup seseorang, dan menggiring dia
pada kehancuran hidup. Mimpi semacam ini adalah hasil dari kesalahan
berpikir, yang biasanya muncul dari anggapan umum yang ditelan tanpa
pemikiran lebih dalam.