Seduksi adalah rayuan. Namun,
seduksi bukanlah sekedar rayuan yang bersifat pribadi. Seduksi adalah rayuan
yang bersifat sistemik.
Sistem politik melakukan seduksi,
supaya kita memberikan suara kita, ketika pemilihan umum tiba. Janji-janji
cemerlang diucapkan, guna memikat hati rakyat. Hadiah-hadiah mewah dibagikan,
kerap kali dengan cara-cara yang melanggar hukum. Seduksi politik adalah
seduksi yang memoles kepercayaan rakyat terhadap kekuasaan
Ekonomi dan bisnis melakukan
seduksi, supaya kita terus menggunakan uang, bahkan untuk kebutuhan-kebutuhan
yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Sehingga kita terus bekerja, memeras tenaga
dan keringat akibat seduksi yang terjadi.
Budaya massa pun melakukan
seduksi, sehingga dalam berperilaku kita terlepas dari akal sehat sebagai manusia. Budaya massa mendikte kita
untuk berperilaku sesuai dengan perubahan jaman. Semua tata hidup, mulai dari
gaya berjalan, gaya berbicara, gaya berpakaian sampai dengan gaya bercintapun,
kita diminta menyesuaikan diri dengan trend terbaru. Jika orang tidak mau
ketinggalan jaman dan kitapun diseduksi agar mempunyai ego tidak mau
ketinggalan zaman.
Ketika akal sehat dan sikap
kritis lenyap ditelan seduksi, hidup menjadi tak beradab. Kenikmatan diumbar
tanpa pertimbangan kepantasan pada keadaan sosial. Orang menumpuk harta dan
kenikmatan, namun tak pernah bisa sungguh bahagia dan terpuaskan. Ia kehilangan
jati dirinya, dan hidup dalam penderitaan serta kekosongan jiwa. Seperti halnya
kekuasaan, orang tidak puas dengan satu atau dua jabatan dan akan selalu
berusaha meraih jabatan-jabatan tersebut apapun caranya.